Samarinda (ANTARA) - Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Kalimantan Timur Jarwoko memaparkan pentingnya tujuh kebiasaan hebat bagi anak-anak Indonesia, sejalan dengan program yang diluncurkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Jarwoko di Samarinda, Jumat, menjelaskan bahwa Program Tujuh Kebiasaan Hebat ini lahir dari keprihatinan Mendikdasmen terhadap realitas generasi muda yang masih memiliki kebiasaan buruk. Kebiasaan tersebut dikhawatirkan akan membentuk karakter dan kepribadian yang kurang baik, sehingga berpengaruh pada masa depan bangsa.
"Kebiasaan akan menjadi karakter, karakter akan menuai kepribadian, dan kepribadian akan menuai peradaban," ujar Jarwoko.
Jarwoko merinci tujuh kebiasaan hebat yang dicanangkan Kemendikbudristek. Pertama, bangun pagi untuk membangun kedisiplinan dan menyehatkan. Kedua, beribadah untuk meningkatkan spiritualitas dan rasa syukur. Ketiga, berolahraga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan menjaga kesehatan.
Selanjutnya keempat, makan sehat dan bergizi untuk memberikan asupan nutrisi yang baik bagi tubuh. Kelima, gemar belajar untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan memperluas wawasan. Keenam, bermasyarakat untuk mengembangkan sifat sosial dan kepedulian terhadap sesama. Ketujuh, tidur lebih awal untuk memberikan waktu istirahat yang cukup bagi tubuh.
"Orang-orang yang punya kebiasaan baik itu nanti akan menjadi orang-orang yang sukses. Karakternya baik, pribadinya juga baik, dan niscaya jadi orang sukses," tegas Jarwoko.
Ia juga mengingatkan potensi bencana demografi jika anak-anak tidak dipersiapkan dengan baik. Komposisi penduduk usia produktif yang besar tidak akan bermanfaat jika tidak diimbangi dengan produktivitas.
"Dimensi itu sudah tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Kita akan menciptakan manusia yang memiliki unsur-unsur dimensi kemanusiaannya terpenuhi dengan baik," jelasnya.
BPMP Kaltim berkomitmen mendukung implementasi program tujuh kebiasaan hebat ini. Sosialisasi kebijakan, pemberdayaan agen di kabupaten/kota, dan penerapan di lingkungan kantor menjadi langkah awal yang dilakukan.
Jarwoko mengakui mengubah kebiasaan bukanlah hal yang mudah. Namun, ia optimistis kebiasaan baik akan terbentuk jika dilakukan secara rutin dan memberikan manfaat bagi pelakunya.
"Kebiasaan ini enggak bisa langsung, pelan-pelan dan enggak bisa dipaksa supaya orang menikmati kebiasaan barunya. Caranya ya kita mulai, ayo bangun pagi!," ajaknya.
Ia mencontohkan kegiatan kepramukaan di sekolah sebagai cara menyenangkan untuk membiasakan anak bangun pagi. Konsistensi dan pengulangan menjadi kunci membentuk kebiasaan baru.
"Kalau kita lakukan dengan cara 40 hari ya kebiasaan itu katanya kalau 40 hari sudah jadi kebiasaan, nanti menjadi rutinitas," pungkasnya.