Penajam (ANTARA Kaltim) - Sejak berdiri 2009 lalu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, hingga kini belum memiliki sarana dan prasarana proses belajar mengajar yang mamadai.
“Hampir lima tahun sekolah kami, baru memiliki enam ruang kelas dan empat ruang praktek siswa (RPS). Untuk menampung 320 siswa, ruangan yang ada sangat terbatas, sehingga satu RPS kami bagi dua sebagai ruang kelas dan sebagai ruangan praktek boga, tata busana, teknik komputer dan jaringan sekaligus kantor,†ungkap Kepala SMK Negeri 4 Waru, Satoni Solle, Senin.
Kebutuhan ruang kelas di SMK Negeri 4 Waru idealnya 14 unit untuk menampaung 320 siswa.
"Untuk mengatur jadwal belajar mengajar, terpaksa harus membagi kelas satu dan kelas tiga masuk sekolah. Sejumlah siswa-siswi harus belajar di dalam gudang dan di ruangan tanpa dinding, karena keterbatasan ruangan yang kami miliki dan sejumlah alat praktek siswa terpaksa harus disimpan di luar karena gedung untuk menampung alat belum tersedia," ujar Satoni Solle.
Selain itu lanjutnya, karena keterbatasan ruangan, sekolah terpaksa mengirim siswa kelas 11 untuk mengikuti magang di perusahaan, namun dipulangkan oleh pihak perusahaan, karena dianggap belum memiliki ilmu dan kemampuan yang mumpuni untuk melaksanakan praktek kerja.
Satoni Solle mengaku, siswa yang dikirim untuk magang seharusnya siswa yang sudah semester empat karena untuk semester tiga siswa harus mendapatkan pelajaran mengenai penggunaan alat sampai memiliki kemampuan untuk menggunakan alat tersebut.
“Selama ini kelas tiga dijadwalkan masuk pagi sampai siang kemudian dilanjutkan dengan kelas satu dari siang sampai sore. Kalau kami tidak kirim siswa untuk magang, terus mau belajar dimana. Sekarang saja ruang kelas masih kurang,†ujarnya.
Satoni Solle menyatakan, sejumlah ruangan yang digunakan SMK Negeri 4, merupakan bantuan dari pemerintah pusat melalui dana APBN.
Sementara untuk bangunan dari APBD Kabupaten setempat sampai sekarang belum ada.
“Ada rencana untuk membangun fasilitas sekolah ini, termasuk ruang kelas melalui ‘multiyears’ atau proyek tahun jamak dari APBD Kabupaten dengan anggaran Rp35 miliar, tapi sampai sekarang belum ada kabarnya kapan akan dimulai pembangunan,†katanya.
Satoni Solle mengatakan, untuk saat ini pihaknya masih melakukan ‘land clearing’ atau pembersihan lahan yangdilaksanakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pekerjaan Umum (PU) Kecamatan Waru untuk digunakan sebagai lokasi pembangunan sejumlah fasilitas sekolah.
Ia mengharapkan, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), bisa membuat bangunan yang bisa digunakan untuk ruang kelas. Karena kalau menunggu bangunan dari biaya tahun jamak prosesnya lama.
“Kenapa tidak dibangun dengan biaya dibawah Rp200 juta saja. Kalau tahun ini hanya atap dan lantai, tidak menjadi masalah yang penting bisa digunakan untuk proses belajar mengajar,†ujarnya.
Sebelumnya, proses belajar mengajar SMK Negeri 4 Waru, sejak 2009 hingga pertengahan September 2013 menumpang di SMP Negeri 4 Waru, kemudian dipindahkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 001 Waru, dan saat ini sudah pindah ke lokasi sendiri, namun ruangan untuk proses belajar mengajar masih terbatas. (*)