Samarinda (ANTARA) - Belasan budayawan di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memberikan dukungan kepada komunitas pecinta sungai yang selama ini melakukan aksi plus kampanye ramah Sungai Karang Mumus (SKM) Samarinda, yakni dengan membangun jalur hijau dan memungut sampah di sungai.
"Apa yang dilakukan komunitas ini merupakan hal yang mulia untuk kebaikan semua makhluk, baik manusia maupun makhluk lain yang hidup di sungai dan kawasan amfibi. Tentu hal ini akan menjadi inspirasi bagi banyak pihak," ujar Wawan Timur salah seorang budayawan di Samarinda, Sabtu (4/3).
Kampanye ramah sungai tersebut dilakukan oleh komunitas pecinta sungai yang tergabung dalam Gerakan Memungut Sehelai Sampah di Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, yakni komunitas yang diketuai oleh Misman mulai beraktivitas sejak 2015 hingga saat ini.
Para budayawan di Kaltim, lanjut Wawan, selama ini terus memantau aksi yang dilakukan oleh Misman dan kawan-kawan, sehingga pihaknya salut dengan upaya menjaga ekosistem air yang bermanfaat bagi kemaslahatan manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di sungai.
"Kampanye dan aksi merawat ekosistem sungai baik memungut sampah, menjaga, dan menanam pohon sejak 2015, merupakan aksi nyata untuk kemaslahatan umat dan makhluk lain bukan hanya ikan, udang, dan lainnya, tapi juga mikro organisme yang tidak kelihatan oleh mata telanjang," kata Wawan.
Sementara Misman, Ketua GMSS-SKM Samarinda mengatakan saat ini keberadaan SKM Samarinda makin terancam, baik terancam kebersihan akibat pencemaran maupun terancam secara fisik akibat penurapan (sungai diturap).
Sejak dulu, katanya, sungai terbagi dalam tiga zona, pertama adalah zona air yang merupakan badan sungai sebagai tempat hidup ikan, udang, dan lainnya, kedua adalah zona amfibi atau lereng atau tepi yang merupakan tempat hidup binatang amfibi, mikro organisme, dan tumbuhan amfibi.
"Ketiga adalah zona darat yang berfungsi sebagai tempat hidup flora dan fauna darat, sekaligus fungsi filtrasi ketika hujan. Tapi kalau sungai diturap atau dibeton, maka hilang lereng sungai, sehingga namanya bukan sungai, tapi kanal. Inilah yang kami coba pertahankan," ujar Misman.
Saat ini, katanya, kawasan hilir SKM sudah terlanjur diturap, sebagian kawasan tengah SKM pun sudah diturap, sehingga hal ini tidak dipermasalahkan karena sudah terlanjur, sehingga ia berharap sebagian kawasan tengah dan hulu SKM tidak diturap demi menjaga ekosistem.
"Pembangunan hijau adalah pembangunan yang ramah lingkungan. Manusia tidak boleh hidup serakah, tapi harus berdampingan dengan alam, masih banyak makhluk hidup selain manusia yang memiliki hak hidup secara layak, maka jangan sampai semua tepi sungai diturap," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Budayawan Kaltim dukung kampanye ramah sungai