Tanjung Redeb (ANTARA News Kaltim) - Puncak Rasul adalah jenis kuliner yang disajikan masyarakat Kabupaten Berau pada setiap acara syukuran, seperti khataman Al Qur'an, khitanan, peringatan Maulid Nabi, atau Isra Mi'raj.
Tidak ketinggalan, setiap peringatan Hari Jadi "Bumi Batiwakkal" Kabupaten Berau Kalimantan Timur, selalu ada acara pemotongan puncak rasul.
Puncak rasul telah diakui sejak zaman kerajaan di Kabupaten Berau, konon pada zaman kerajaan kue berbahan dasar ketan ini merupakan menu wajib berbagai acara syukuran dan keagamaan.
Jenis kuliner ini berbahan dasar nasi ketan yang dibentuk kerucut menjulang ke atas. Namun berbeda dengan nasi tumpeng, puncak rasul memiliki berbagai warna yangmasing masing memiliki filosofi tersendiri.
Paling atas puncak rasul, terdapat sebutir telur ayam kampung yang dimaknai sebagai jabatan manusia tertinggi, yakni Nabi Muhammad SAW. Itu sebabnya jika usai upacara syukuran telur ini menjadi rebutan masyarakat dengan harapan bisa mengikuti keteladanan Nabi Muhammad SAW, baik urusan beribadah , bermasyarakat maupun berkeluarga.
Sementara warna kuning kue puncak rasul diartikan sebagai simbol keluarga kerajaan Berau, sedangkan warna merah disimbolkan para pengabdi kerajaan seperti menteri dan pengawal kerajaan yang siap mengayomi masyarakat.
Sedangkan warna putih disimbolkan kerukunan dalam masyarakat dilingkungan kerajaan.
Selain itu nasi ketan menjadi bahan pembuatan puncak rasul, disimbolkan sebagai perekat seluruh filosofi kehidupan tersebut , agar warna rukun dalam bermasyarakat dan berkeluarga, juga taaat dalam beribadah seperti halnya Nabi Muhammad SAW .
Seiring perkembangan zaman, kue puncak rasul khususnya di daerahIbukota Tanjung Redeb, jarang ditemui lantaran sudah bergeser ke arah budaya barat, dengan adanya kue tart dengan lilin, yang disajikan pada acara hari jadi atau ulang tahun.
Namun, untuk dilingkungan masyarakat Gunung Tabur maupun Sambaliung puncak rasul masih bisa ditemui dalam acara khitanan atau Khatamul Qur'an.
Bahkan di kalangan kerabat kesultanan Gunung Tabur kerap menyajikan puncak rasul pada acara tasmiyah atau palas bidan."Puncak rasul tetap kita pertahankan sebagai sajian dalam acara keagamaan," ungkap Pemangku Adat Adji Bachrul Hadie SH.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Berau juga sedang gencar melestarikan budaya yang ada di Berau termasuk sajian kuliner puncak rasul.
Menjelang perayaan hari jadi, puncak rasul dilombakan di Kecamatan Sambaliung, sementara untuk di Gunung Tabur melaksanakan lomba bubur ancur paddas (makanan khas berau) .
Bupati Berau Makmur HAPK akan mencanangkan puncak rasul sebagai sajian tradisional yang disajikan di setiap hajatan warga Berau, baik yang bernuansa keagamaan maupun perayaan pemerintah.
Menurut Makmur puncak rasul menyimpan makna mendalam,misalnya menyatukan umat manusia baik dalam negara, umat beragama, suku maupun dalam kerukunan keluarga.
Selain itu bisa disimbolkan sebagai kekuatan pemerintah dalam melayani masyarakat.
Simbol simbol inilah yang digunakan masyarakata zaman dulu di Kabupaten Berau sehingga, masyarakat bersatu untuk membantu pemerintah dalam membangun sebuah kerajaan dan taat kepada Tuhan untuk beribadah.
"Zaman sekarang kita butuh seperti ini, untuk menghindari perselisihan antar masyarakat , antar agama, maupun berperan membantu pemerintah untuk membangun negara, khususnya di Kabupaten Berau," harap Makmur.
Namun dalam memandang puncak rasul, tambah Makmur kita harus memandang filosofi puncak rasul kearah yang positif. "Dan jangan menganggapnya sebagai yang sakral , sehingga menyesatkan bagi agama," jelasnya.
Kepada seluruh masyarakat adi Kabupaten Berau,Makmur menegaskan agar tradisi puncak rasul tidak hilang oleh perkembangan arus zaman yang semakin canggih.
"Kepada seluruh pejabat dan PNS di lingkungan Pemkab Berau melakukan tradisi ini," kata Makmur.
Dalam waktu dekat Pemkab Berau akan mematenkan puncak rasul, sehingga seluruh lapisan masyarakat yang tinggal di Berau ikut menjaga tradisi puncak rasul. (*)
Puncak Rasul, Kuliner Khas Berau saat Syukuran
Minggu, 23 September 2012 4:15 WIB