Samarinda (ANTARA) - Bank Mega Syariah menyiapkan sejumlah strategi untuk memitigasi risiko dan menjaga kinerja positif di tengah tantangan ekonomi yang dinamis, salah satunya menghadapi kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 1 Januari 2025 yang diproyeksikan akan menekan daya beli masyarakat.
"Kami terus memantau kondisi pasar dan ekonomi secara aktif serta menyesuaikan strategi bisnis dengan tren yang tengah berkembang," ujar Risk Management Division Head Bank Mega Syariah, Rundi Dhema Perkasa saat dihubungi di Samarinda, Kamis.
Kondisi kenaikan PPN tersebut dikhawatirkan dapat memicu penurunan permintaan pembiayaan, terutama di sektor konsumer, mikro, dan UMKM.
Rundi menjelaskan, pihaknya menyadari bahwa kenaikan PPN dapat berdampak pada penurunan pertumbuhan kredit dan peningkatan risiko gagal bayar. Oleh karena itu, Bank Mega Syariah telah mengambil langkah-langkah antisipatif, antara lain dengan melakukan diversifikasi portofolio pembiayaan.
"Kami memperkuat segmen yang memiliki risiko lebih rendah dan potensi pertumbuhan yang stabil," imbuhnya.
Selain itu, Bank Mega Syariah juga menerapkan prinsip kehati-hatian dalam proses pemberian pembiayaan. Melalui Risk Acceptance Criteria (RAC), pihaknya memastikan pemberian pembiayaan dilakukan dengan sangat selektif.
Dalam pembiayaan, Bank Mega Syariah secara konsisten menerapkan prinsip 5C, yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition. "Prinsip ini kami terapkan untuk meminimalkan risiko gagal bayar," jelas Rundi.
Meskipun tantangan ekonomi diprediksi meningkat, Rundi menegaskan bahwa Bank Mega Syariah tetap optimistis. Bank Mega Syariah berkomitmen untuk mempertahankan rasio NPF di bawah risk appetite dan menjaga pertumbuhan pembiayaan yang berkualitas.
Optimisme tersebut didasarkan pada kinerja positif Bank Mega Syariah hingga saat ini. Tercatat, pembiayaan konsumer hingga September 2024 mencapai Rp382,5 miliar, tumbuh 24,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Segmen kartu pembiayaan atau Syariah Card juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik, yaitu sebesar 686 persen secara tahunan.
"Secara keseluruhan, total pembiayaan Bank Mega Syariah mencapai Rp7,2 triliun per September 2024," ungkap Rundi.
Kualitas pembiayaan juga tetap terjaga dengan baik. Rasio non-performing financing (NPF) gross per September 2024 tercatat sebesar 0,91 persen, turun dibandingkan posisi September 2023 yang mencapai 0,95 persen.
"Dengan fokus pada inovasi, pengelolaan risiko yang ketat, dan pengembangan portofolio yang sehat, kami optimistis bahwa strategi yang telah diterapkan akan memperkuat daya tahan Bank Mega Syariah terhadap tantangan ekonomi di tahun 2025," pungkas Rundi.