Bontang (ANTARA News Kaltim) - Sebanyak 30 petani Desa Suka Rahmat Kutai Timur mengikuti program sentra penggemukan sapi binaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Mitra Amanah Lembaga Amil Zakat (LAZ) Yaumil PT Badak Kota Bontang Kalimantan Timur.
"Dibanding saat kami beternak sendirian dan sekarang setelah dibina KJKS Mitra Amanah, perbedaan pendapatan dan kesejahteraan yang saya rasakan meningkat sekitar 50 persen," kata Ketua Kelompok Petani Penggemukan Sapi Suka Rahmat Kutai Timur, Yuwono, di Kutai Timur, Rabu.
Saat ini, katanya, sebanyak 30 petani diberdayakan untuk penggemukan sapi Bali. Masing-masing petani memelihara sebanyak dua hingga selapan ekor sesuai kesanggupan dalam memelihara sapi atau total 109 ekor sapi.
"Dulu kami hanya memelihara empat ekor, sekarang saya memelihara delapan ekor dengan waktu penggemukan kadang enam bulan dan kadang delapan bulan," ujar Yuwono.
Pola kerja sama ada dikatakan Yuwono adalah pola bagi hasil 75 persen dibanding 25 persen. Mekanismenya petani memilih sapi sendiri dan KJKS Mitra Amanah yang membayari.
Selanjutnya proses penggemukan oleh peternak dan pemasaran oleh KJKS Mitra Amanah yang biasanya distribusi saat hari raya Qurban.
"Kami hanya kosentrasi memelihara atau menggemukkan sapi-sapi tersebut, lalu pemasaran oleh KJKS Mitra Amanah. Setelah dihitung maka untung bersih dibagi dengan pendapatan dari keuntungan yang masuk 75 persen bagi petani dan 25 persen bagi KJKS Mitra Amanah," terang Yuwono.
Wagiran Manajer Operasional KJKS Mitra Amanah di lokasi penggemukan menyampaikan bahwa pola pemberdayaan ini didukung penuh perusahaan PT Badak LNG dengan memfasilitasi petani untuk sarana prasarana produksi biogas, kompos, dan dalam waktu dekat pipanisasi bio gas dari hasil kotoran sapi untuk keperluan gas memasak.
"Beberapa waktu lalu sempat selama enam bulan, aliran bio gas ini dipergunakan untuk keperluan listrik, namun sekarang tidak lagi karena listrik sudah bisa pasang dari PLN," kata Wagiran didampingi manajer Laz Yaumil Endang.
Tranparansi dalam pola pemberdayaan menjadi kunci program, termasuk dalam hal alat timbangan sapi untuk keperluan penjualan juga dibantu penuh melalui Bagian Humas PT Badak NGL.
Keberhasilan ini membuat sentra penggemukan sapi binaan PT Badak ini dikunjungi BPPT untuk dijadikan merek dagang oleh pusat.
Di lokasi penggemukan sapi, setiap petani memiliki kandang cor-coran juga dibantu PT Badak, didesain sedemikian rupa, sehingga kotoran sapi dan air kencing masuk ke dalam oven yang menghasilkan biogas dan kotoran yang sudah matang otomatis akan keluar.
"Kotoran padat siap menjadi kompos, dan limbah air dialirkan ke lokasi penanaman rumput gajah untuk keperluan pakan sapi. Sementara biogas disalurkan untuk keperluan masak dan biogas ini berlebihan untuk keperluan keluarga kami sendiri dan bisa disalurkan untuk tetangga," pungkas Yuwono sembari menunjukkan berbagai peralatan biogas dan pemanfaatannya. (*)