Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Warga Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, mendambakan hidup sehat dengan ketersediaan sarana air bersih dan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas atau klinik untuk berobat.
"Selama ini masyarakat di Desa Sepatin khususnya Kampung Tanjung Berukang mengandalkan air dari Kutai Lama dengan menggunakan kapal, dengan jarak tempuh yang cukup jauh sehingga mereka meminta kepada pemerintah untuk membantu tersedianya sarana air bersih," anggota DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi,di Samarinda, Minggu.
Aspirasi warga desa tersebut disampaikan saat anggota DPRD Kaltim asal Dapil III, HM Darlis Pattalongi, melakukan reses tanggal 13-18 Desember 201.
Sedangkan untuk pelayanan kesehatan, lanjut Darlis jika berobat mereka harus ke Samarinda atau ke Puskesmas di Anggana.
"Di Tanjung Berukang sebenarnya sudah ada bangunan Puskesmas Pembantu, namun sampai saat ini belum beroperasi," imbuh Darlis.
Darlis juga mengungkapkan aspirasi warga lainnya, di Desa Separi, Kutai Kartanegara, warga meminta bantuan rehab Masjid Jami-Nurussalam, mengingat kondisi masjid yang digunakan saat ini cukup memprihatinkan.
Warga Separi juga mengeluhkan lambatnya pembangunan. Padahal desa ini banyak dikelilingi perusahaan tambang.
Namun, katanya kenyataannya tidak sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Termasuk ketersediaan sarana umum seperti tempat ibadah, pendidikan, kesehatan dan jalan.
Selain itu, tidak ada transparansi pihak perusahaan dalam penyaluran CSR. Masyarakat tidak merasakan peran dari CSR tersebut.
"Mereka mohon agar dapat difasilitasi pemerintah, sehingga jelas penyaluran CSR dari perusahaan. Sehingga masyarakat sekitar dapat merasakan manfaat atas keberadaan perusahaan tambang di desa Separi. Jangan hanya disisakan dampak lingkungannya saja. Saya berjanji untuk memediasi persoalan ini," tegas Darlis.
Sedangkan warga Jonggon mendambakan perbaikan jalan antara Jonggon A-C, di mana saat ini jalan yang ada sudah tidak layak dan rusak berat. Jika ada yang sakit, masyarakat sangat kesulitan membawa pasien berobat. Kondisi terparah yaitu sepanjang jalan penghubung jonggon A ke jonggon B (Jonggon Jaya). (*)