Wagub Kaltim Ingatkan Soal Cara Mendidik Anak

Samarinda(Antaranews Kaltim) - Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi mengingatkan kepada para orang tua tentang cara mendidik anak yang harus dengan cara lembut dan santun, karena setiap apa yang dilakukan oleh orang tua akan menjadi keteladanan bagi anak-anaknya.

"Dalam mendidik anak, terdapat delapan sentuhan yang harus dipahami orang tua. Jika delapan sentuhan ini diterapkan, maka anak akan berakhlak, punya optimisme, dan dapat meningkatkan peran dalam membangun ketahanan keluarga," ujar Hadi di Samarinda, Kamis.

Delapan sentuhan tersebut adalah sentuhan hati, sentuhan lisan, sentuhan fisik, sentuhan media, sentuhan lingkungan, sentuhan potensi, sentuhan awal, dan sentuhan doa.

Sebelumnya, saat membuka Seminar Komunikasi dan Informasi (KIE) dalam rangka Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Ketahanan Keluarga, ia mengatakan bahwa dalam sentuhan potensi, terdapat berbagai kecerdasan yang ada dalam diri anak.

Menurutnya, terdapat delapan kecerdasan seperti yang diungkapkan oleh Howard Gardner, pertama adalah kecerdasan logik matematik, yaitu mampu memikirkan dan menyusun solusi serta melakukan perhitungan.

Selanjutnya adalah kecerdasan linguistik, kemudian kecerdasan naturalis, kecerdasan visual dan spasial, kecerdasan kinestetik/fisikali, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal.

Setiap anak, lanjut Hadi, memiliki minimal satu kecerdasan dalam dirinya, sehingga perlu perhatian orang tua dan sekolah untuk dapat melihat potensi yang terdapat di setiap anak, kemudian menyediakan fasilitas penunjangnya.

Selain itu, wagub juga menekankan bahwa peningkatan ketahanan keluarga menjadi sangat penting dilaksanakan, tujuannya adalah untuk mengurangi dan mengatasi berbagai masalah dalam keluarga, masyarakat, dan untuk mendukung pembangunan nasional.

Terkait dengan masih adanya pernikahan usia anak yang masih muda atau pernikahan dini, Hadi mengimbau melalui seminar seperti ini, dapat memberi pemahaman kepada masyarakat tentang hidup berkeluarga yang terencana.

"Bila remaja mendapat pemahaman yang benar, pasti mereka akan mengatur pola kehidupannya untuk menentukan usia yang tepat menikah. Seminar seperti ini juga diharapkan dapat terus berlanjut tidak hanya di tingkat provinsi, tetapi juga hingga di masing-masing kabupaten/kota," ucap Hadi.(*)