Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Produksi udang Windu petambak di Provinsi Kaltim dalam beberapa tahun terakhir menurunan tajam, rata-rata hanya menghasilkan 50-100 kilogram per hektare, padahal di era 1990-an produksinya mencapai 400-500 kg per hektare per tahun.
"Dalam satu tahun petani tambak udang Windu melakukan panen dua kali dengan hasil 50 hingga 100 kg per hektare, sehingga dalam satu tahun produksinya antara 100 hingga 200 kg per hektare," tutur Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kaltim Iwan Mulyana di Samarinda, Jumat.
Iwan yang didamping Kepala Bidang Budidaya Perikanan Rasid Supangat ini melanjutkan, penurunan produksi udang Windu (Penaeus monodon) di seluruh Kaltim terjadi sejak 2004 hingga saat ini, sehingga komoditi primadona ekspor ini mulai terpuruk.
Penyebab turunnya produksi udang antara lain, terjadinya pendangkalan pada kawasan tambak untuk produksi, dan faktor tanah di Kaltim yang tingkat keasamannya cukup tinggi sehingga sangat mempengaruhi produksi akhir.
Sedangkan pendangkalan tambak terjadi karena banyaknya sedimen yang terperangkap saat air pasang memenuhi tambak. Sedimen ini terbawa air karena degradasi lingkungan, yakni banyaknya penebangan pohon di sekitarnya maupun di hulu sungai.
Penurunan produksi ini memicu tutupnya sejumlah perusahaan cold storage (udang beku) di beberapa kota di wilayah Utara Kaltim, terutama di Tarakan dan Bulungan karena kurangnya pasokan bahan baku.
Pada masa keemasan produksi udang dahulu, jumlah perusahaan udang beku di kawasan Utara itu mencapai 13 perusahaan, namun kini hanya menyisahkan lima unit perusahaan.
Menurutnya, luasan tambak udang di Kaltim mencapai 150.000 hektare yang tersebar di kabupaten dan kota di daerah pesisir, yakni Kabupaten Bulungan, Nunukan, Kutai Kartanegara, Kota Balikpapan dan Tarakan.
Guna mendongkrak hasil udang minimal menyamai masa keemasannya pada 1990-an, maka pihaknya terus mengupayakan pengelolaan tambak ramah lingkungan atau yang dikenal dengan istilah Silfo Fishery, yakni dalam satu tambak ditanami mangrove dan benih udang.
Pola pertambakan semacam ini diharapkan dapat menjaga kelestarian lingkungan, sekaligus meningkatkan produksi udang sehingga dapat diusahakan secara ekonomis untuk mendorong berkembangnya petani tambak.
Dilihat pengalaman dalam satu dekade lalu, yakni produksi udang Kaltim dapat mencapai 400-500 kg per hektare, maka petani dapat panen maksimal 1 ton per tahun.
Jika dikalkulasikan dengan tambak udang yang mencapai 150.000 hektare di Kaltim, seharusnya produksi udang dapat mencapai 1,5 juta ton dalam satu tahun.(*)