Samarinda (Antaranews Kaltim) - Pegiat lingkungan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, menyatakan bahwa cara tepat mengembalikan eksistensi sungai adalah melakukan restorasi, bukan normalisasi sungai yang akhir-akhir ini kerap didengungkan pemerintah.
"Terdapat pengertian dan makna yang jauh antara normalisasi dan restorasi, ini seharusnya yang menjadi pemahaman," ujar Koordinator Umum Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS -SKM) Samarinda Yustinus Sapto Harjanto di Samarinda, Kamis.
Jika yang dipikirkan adalah normalisasi, maka cara yang akan ditempuh pemerintah adalah bagaimana membuat air sungai normal dan secepatnya mengalir ke laut, sehingga dengan program ini kemudian membutuhkan biaya besar sehingga sampai detik ini pemerintah tidak bisa menjalankan program tersebut.
"Bagaimana tidak membutuhkan biaya besar kalau yang dilakukan adalah menurap bibir sungai agar airnya tidak meluap ke darat karena yang diinginkan adalah airnya normal mengalir. Bahkan ada yang ingin memotong sungai atau meluruskan liku sungai agar alirannya deras dan cepat," katanya
Padahal, lanjut Yus, sungai tercipta bukan hanya untuk manusia, tapi juga untuk makhluk lain yang hidupnya juga bergantung pada sungai dan di kawasan daerah aliran sungai (DAS), seperti ikan, ular, biawak, bahkan berbagai jenis perimata.
Semua makhluk tersebut merupakan layanan ekosistem alami yang juga perlu dilindungi karena keberadaan mereka bukan tanpa alasan, misalnya ular yang bertugas memakan tikus karena tikus merupakan hama bagi petani, kemudian berbagai jenis perimata seperti monyet dan bekantan yang bertugas menebar biji-bijian dari buah yang dimakan sehingga biji tersebut akan tumbuh.
Sedangkan ikan, lanjutnya, merupakan hewan air yang menjadi makanan manusia, bahkan masih banyak nelayan yang mencari ikan di sungai untuk dijual, termasuk pemancing yang lebih suka mengkonsumsi hasil pancingannya.
Apabila sungai dinormalisasi dengan cara diturap, tambahnya, maka sungai akan mengecil dan tidak akan lagi ada rumput yang tumbuh di bibir sungai, sehingga ekosistem menjadi hancur dan berbagai jenis ikan tidak bisa hidup karena tidak ada tempat untuk berlindung.
Untuk itu, katanya, cara yang benar adalah dengan melakukan restorasi, yakni mengembalikan peran dan fungsi sungai seperti sediakala, yakni sungai untuk kemaslahatan semua makhluk, maka manusia seharusnya tidak berpikir untuk kepentingannya saja, namun dalam program pembangunan sungai harus memikirkan makhluk lain.
"Restorasi yang kami lakukan semampunya antara lain menanam dan menjaga pohon di bantaran SKM, membiarkan rumput liar di sepanjang bibirnya, karena rumput selain berfungsi menyerap racun air juga tempat berkembangnya aneka jenis hewan air. Termasuk memungut sampah sebagai tindakan riil untuk mendidik masyarakat tidak membuang sampah ke sungai," ucap Yus.(*)
Baca juga: Layanan ekosistem untuk benahi SKM Samarinda