Siang itu perampuan setengah baya nampak cekatan mengolah adonan dari tepung kanji dan ikan tengiri dicampur dengan racikan bumbu. Sesekali ia menyeka peluh yang membasahi wajahnya.
Rospina Makay (57), warga Pantai Teluk Lombok, Kutai Timur, Kalimantan Timur yang memproduksi camilan "amplang", kuliner khas Samarinda ,Kalimantan Timur yang selalu diburu para wisatawan yang berkunjung ke "Benua Etam".
Ia tidak sendirian, di rumah tua berukuran 4X7 meter yang terbuat dari bahan serba kayu dan beratap seng itu nampak dua perempun lain yang terlihat sibuk membantu mengolah adonan yang siap digoreng.
Rospina Makay yang biasa disapa Ibu Ros adalah salah seorang pengelola Usaha Kecil Menengah (UKM) Amplang dan Kripik , makanan khas Kaltim dengan bahan dasar ikan laut yang kini mulai berkembang.
Usaha camilan itu mulai ditekuni Ros sejak tahun 2008, setelah ia bersama keluarganya merantau di Samarinda untuk mengadu nasib dengan membuka usaha kecil-kecilan, namun gagal karena beratnya persaingan di "Kota Tepian".
Perempuan kelahiran Tanah Toraja, Sulawesi Selatan 25 April 1959 ini kemudian memutuskan untuk "hijrah" ke Pantai Teluk Lombok yang berjarak sekitar 23 kilometer dari Sangatta ibukota Kabupaten Kutai Timur.
Di tempat yang baru itu, Ros bersama suaminya, Munadi (48) berpikir keras dan berjuang untuk mencari usaha agar bisa menyambung hidup dan tidak bergantung dari belas kasihan orang lain," tutur Ros mengenang masa sulitnya ketika datang ke pesisir pantai Teluk Lombok.
Ia mengaku saat itu ada teman-teman yang mengajak untuk membuka usaha membuat "amplang". Pada awalnya ia belum mengetahui jenis camilan tersebut, apalagi membuatnya.
Namun karena dorongan ingin mengubah nasib, Ros memberanikan diri datang ke Kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kutai Timur di Sangatta.
"Kebetulan di kantor itu saya bertemu dengan Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kuta Timur, Trajang Andayani. Kemudian kami diajari membuat amplang berkualitas hingga akhirnya saya berhasil membuat camilan tersebut, bahkan saya dibantu pemasarannya," kata Ros.
Perempuan setengah baya yang dikenal gigih ini mengaku awalnya sering salah membuat adonan amplang, namun ia tidak menyerah, terus belajar dan berjuang tanpa kenal lelah hingga akhirnya bisa membuat sendiri.
Untuk mengembangkan usahanya tahun 2008, Ros kemudian membentuk sebuah kelompok usaha bersama (KUB) yang kemudian diberi nama KUB "Karya Mandiri" yang saat itu beranggota tiga orang. Sekarang sudah bertambah menjadi sebelas orang.
Dengan terbentuknya KUB usaha mereka diakui pemerintah dan pihak swasta, sehingga lebih memudahkan ketika membutuhkan pembinaan dan bantuan modal serta peralatan.
"Untuk bahan baku kami memanfaatkan hasil nelayan lokal di Teluk Lombok, dengan cara ini kami bisa saling membantu. Usaha kami bisa berkembang dan nelayan juga mendapatkan rezeki," tutur Ros dengan penuh semangat.
Ia mengaku pada awalnya kentungan dari usaha membuat camilan amplang itu relatif kecil, kendati demikian cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan para anggota kelompok usaha tersebut.
Hadapi tantangan
Ros mengakui pada awal membuka usaha camilan amplang tersebut banyak menghadapi hambatan dan tantangan, terutama kurangnya modal untuk membeli bahan baku ikan dari nelayan setiap hari.
"Kami membutuhkan modal untuk beli ikan, sebagai biaya produksi. Mau pinjam modal tidak mungkin ada yang bersedia memberikan pinjaman karena penghasilan kami belum pasti. Terkadang sehari hanya dapat jualan beberapa ribu rupiah saja," turur Ros mengenang masa sulit.
Kendati demikian Ros bersama suaminya tak putus asa. Keluarga perantau asal Tanah Toraja ini terus berjuang mengembangkan usaha meski dengan modal seadanya.
Di tengah kesulitan, Ros bersama suami dan anggota KUB Karya Mandiri dibantu para tetangga terus berjuang mengembangkan usaha amplang dengan memanfaatkan ikan hasil tangkapan para nelayan, sekaligus berbagai rezeki dengan para neyalan yang juga menghadapi kesulitan hidup.
"Alhamdulillah berkat perjuangan yang tak kenal lelah dan ilmu yang saya dapatkan usaha kami kian berkembang. Karena itu keterampilan membuat amplang saya tularkan ke masyarakat agar mereka juga bisa membuka usaha untuk menghidupi keluarga," ujarya.
Berkat keberhasilannya memproduksi camilan berbahan baku ikan itu, kini Ros kerap diundang untuk menjadi narasumber dalam pelatihan keterampilan membuat amplang, antara lain yang digelar lembaga Pendidikan Usia Dini (PAUD) dengan peserta ibu- ibu berjumlah 65 orang.
Ros merasa berkewajiban untuk membagi ilmu yang dimiliki karena dulunya ia belajar dari orang lain. Dia juga berharap banyak ibu rumah tangga yang tertarik menjadi pengusaha kecil yang suskes, sehingga tidak hanya bergantung dari bantuan pemerintah.
"Kita harus bisa berusaha secara mandiri. Kalau ada kemauan pasti bisa," kata pengusaha kecil yang saat ini mampu memproduksi berbagai jenis amplang, seperti seperti amplang batu bara, amplang kepiting, amplang teripang, amplang kerang dan kripik.
Perempuan gigih ini menuturkan para karyawan Pertamina Ekplorasi dan Produksi (EP) Sangatta, Kutai Timur sering datang membeli ampang untuk oleh-oleh kalau ada tamu datang dari Jakarta.
Mitra binaan.
Sejatinya KUB Karya Mandiri yang pembentukannya atas inisiatif Ibu Rospina Makay yang kini berkembang cukup pesat tak terlepas dari bantuan dan pembinaan PT Pertamian EP Asset V Sangatta Field.
Pada tahun 2013 BUMN yang bergerak di bidang pengeboran minyak dan gas itu menjadikan kelompok usaha bersama sebagai mitra binaan, karena menilai usaha yang dikelola para ibu di pesisir Pantai Teluk Lombok itu cukup potensial untuk berkembang.
Ros menceritakan ketika itu dia sedang melakukan demo membuat olahan ikan laut menjadi amplang pada acara peringatan HUT Kutai Timur 2013. Pertamina EP Sangatta datang menawarkan diri menjadi mitra binaan.
Ia mengaku tak pernah menyangka mendapat tawaran menjadi mitra binaan perusahaan penambangan minyak dan gas itu. "Sebagai orang kecil dengan usaha kecil tentu saja kami tidak akan menolak tawaran, saya menerima dengan senang hati, karena dalam hati saya pasti ada bantuan untuk mengembangkan KUB Karya Mandiri," kata Ros.
Lanjut dia setelah beberapa minggu kemudian barulah dirinya mengajukan proposal untuk meminta dukungan barupa bantuan peralatan.
Akhirnya ia bersama anggota KUB Karya Mandiri lainnya mendapat bantuan bahan baku berupa tepung, gula, pembangkit listrik tenaga surya atau solar cell dan perelatan "press packing".
"Alhamdulillah dengan adanya bantuan itu usaha kami semakin meningkat. Sejak menjadi mitra binaan Pertamina EP usaha kami kian berkembang. Mutu produksi amplang semakin bagus, tampilannya semakin menarik dan produksinya semakin meningkat,"ujar Ros.
Dengan aneka rasa yang bervariasi dan kemasan menarik, permintaan camilan amplang yang diproduksi KUB Karya Mandiri kian meningka, antara lain dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup pemerintah Kabupaten Kutai Timur.
Bahkan amplang produksi KUB Karya Mandiri diikutkan dalam pameran dan ekspo di berbagai daerah di Indonesia. "Pada awalnya penghasilan kami hanya puluhan ribu saja per sebulan, namun sekarang sudah berkembang penghasilan bisa mencapai Rp6 juta perbulan, sehingga bisa menggaji para anggota,†kata Ros.
Adapun produk amplang yang dijual dipasaran bervariasi, kemasan 50 gram dijual seharga Rp10.000 per bungkus, 100 gram sehrga Rp15.000 per bungkus dan isi 200 gram seharga Rp 20.000 per bungkus. Amplang yang diproduksi KUB Karya Bersama terdiri dari beberapa jenis seperti amplang batubara (warna hitam) amplang kepiting, amplang kepiting, amplang teripang dan lainnya.
"Saya berharap suatu saat Kelompok Karya Mandiri mandiri menjadikan amplang binaan Pertamina EP sebagai oleh-oleh andalan Kutai Timur dan bisa berkontribusi untuk daerah. Saya bercita-cita amplang produksi Teluk Lombok mampu merambah pasar nasional, sehingga bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak,†harapnya.
Setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan perempuan setengah baya yang dikenal tangguh dan ulet itu akhirnya mampu menggapai asa. Ke depan Pantai Teluk Lombok akan dikenal dengan camilan amplang bercita rasa maknyus.
Sementara itu, Trajang Andayani saat ini menjabat Kasi Umum pada Dinas Perikanan dan Kelautan Kutai Timur, nampak kaget ketika mendengar nama Rospina Kawayang yang telah sukses memproduksi amplang.
Sebelumnya Trajang pernah menjabat Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kutai Timur,pernah melakukan pembinaan dan pelatihan membuat amplang termasuk kepada Ibu Rospina Makay.
Dia mengakui Ros adalah salah seorang perempuan ulet dan tak kenal menyerah. Jadi tidak heran kalau dia sekarang mulai suskes usahanya memproduksi amplang," katanya.
Kelompok KUB Karya Mandiri , menurut Trajan Handayani, awalnya merupakan binaan Disperindag Kutai Timur, karena lokasinya di Teluk Lombok desa Sangkima, sehingga Disperindag meminta agar menjadi mitra binaan Pertamina EP.
"Saya berharap Pertamina EP tetap membimbing dan meningkatkan perannya membia UKM di sekitar lingkungannya melalui program Coorporate Social Responcibility ," kata Trajan Handayani.
Pejabat Sementara Field Manager Pertamina EP Sangatta Krisna Haryadi mengatakan bantuan yang diberikan kapada mitra binaan, seperti KUB Karya Mandiri Teluk Lombok yang memproduksi amplang dan kripik merupakan bagian dari kewajiban perusahaan di daerah operasi.
Menurutnya untuk memberikan bantuan kepada UKM mitra binaan, Pertamina EP harus lebih dulu menyampaikannya ke kantor pusat SKK Migas. "Jika ada persetujuan maka kami akan berikan.
“Kelompok Usaha Bersama Karya Mandiri di Teluk Lombok merupakan salah satu mitra binaan yang sudah berhasil, meskipun demikian kami tetap melakukan pendampingan," ujarnya.
Keberadaan Pertamina EP di Sangatta selama ini dirasakan masyarakat sangat membantu . Contoh lain yang sudah dilakukan Pertamina EP membangun objek wisata diTeluk Lombok.
Pada awal tahun 1970-an Pertamina EP membangun pesisir Pantai Teluk Lombok sebagai tempat rekreasi para karyawan dan keluarga ketika hari libur.
Objek wisata bahari yang berjarak sekitar 23 kilometer dari Sangatta, Ibukota Kabupaten Kutai Timur dapat ditempuh sekitar 40 menit menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Tempat rekrasi itu, kini menjadi salah satu tempat wisata di Kabupaten Kutai Timur yang cukup ramai dikunjungi wisatawan disaat-saat hari liburan.
Pantai nan eksotis yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kompleks perumahaan Pertamina EP di Desa Sangkima itu juga menjadi pelabuhan untuk mengirim minyak mentah Pertamina EP ke Kota Balikpapan setiap 45 hari, dengan kapasitas 40.000 hingga 60.000 barel minyak mentah.
Objek wisata pantai Teluk Lombok setelah ramai dikunjungi wisatawan, maka Pemerintah Kabupaten Kutai Timur sedang membuat program Pengembangan objek wisata itu sebagai daerah tujuan wisata pavorit yang nantinya dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
Menggapai Asa di Pantai Teluk Lombok
Kamis, 10 November 2016 21:27 WIB
"Ketika datang ke Teluk Lombok pertama kalinya tahun 2006 saya melihat banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan, namun butuh keterampilan dan usaha keras untuk merealisasikannya,"