Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemkot Samarinda diminta turun tangan menyelamatkan Sungai Karang Mumus Samarinda, karena berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata dan sejumlah kegiatan ekonomi.
"Jika pemerintah sulit mengurus di kawasan hilir karena berkaitan dengan relokasi, maka upaya penyelamatan bisa dilakukan dari kawasan hulu yang belum terdapat bangunan, sehingga lebih mudah menatanya," kata pemerhati lingkungan sekaligus Koordinator Gerakan Memungut Sehelai Sampai Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Misman di Samarinda, Rabu.
Menurut ia, apabila pemerintah tidak segera menyelamatkan kawasan hulu sungai yang merupakan aset berharga itu, dalam lima tahun ke depan kondisi SKM akan semakin parah seperti yang di hilirnya, yakni dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah.
Panjangan kawasan bagian hulu yang masih alami, asri, dan cantik itu ada sekitar 10 kilometer mulai kawasan Kesejahteraan Dalam, Bengkuring, Gunung Lingai, hingga kawasan Bayur.
Saat ini, lanjut Misman, sebagian kawasan tersebut sudah mulai dikapling warga, sehingga jika ke depan sudah berdiri perumahan maupun permukiman, bisa jadi penduduknya akan membuang sampah ke sungai, karena selama ini budaya sebagian warga Samarinda memang begitu.
Sementara itu, penjarahan sungai bukan hanya terjadi ketika warga mendirikan rumah di atas badan sungai, tetapi pembangunan jembatan juga demikian, yakni Jembatan yang menghubungkan antara Bengkuring dengan Gunung Lingai yang saat ini masih dalam tahap penyelesaian.
"Pemborong yang membangun jembatan itu lebih memilih menguruk badan sungai untuk mendekatkan bentang panjang jembatan ketimbang menambah tiang di pinggir sungai, sehingga badan sungai menyempit. Ini namanya penjarahan terhadap sungai," katanya.
Apabila kondisi ini dibiarkan, tambah Misman, penyempitan sungai akan terus berlanjut, yakni pembangunan jembatan berikutnya akan mengikuti. Bahkan warga yang akan membangun rumah bisa saja mengikuti garis lurus dari jembatan tersebut.
Ia menambahkan panjang SKM secara keseluruhan sekitar 37,5 kilometer dengan lebar berkisar 10-15 meter dan kedalaman 5-10 meter.
"Sungai ini memiliki potensi besar untuk kegiatan ekonomi dan kepariwisataan, karena tidak semua daerah memiliki aset luar biasa mahalnya seperti sungai," ujarnya.
Misman juga mengatakan di hulu SKM ada beberapa titik yang berpotensi dijadikan titik awal ekowisata menyusuri sungai menggunakan perahu, karena kawasannya masih elok dengan panorama alam yang menawan, sehingga diyakini akan banyak wisatawan yang berminat.
"Perkara siapa yang mengelola wisata, saya pikir bisa siapa saja, bisa pemerintah, bisa swasta, bahkan perorangan. Yang penting bagi saya, pengelola wisata SKM harus sama-sama turut merawat dan menjaga sungai, tidak membuang sampah ke SKM," kata Misman lagi. *