Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Tim pencari bakat dari Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum sudah mengantongi sejumlah nama atlet potensial asal Kalimantan Timur untuk dipilih sebagai penerima beasiswa bulu tangkis dari Djarum Foundation hasil seleksi di Balikpapan.
"Banyak pemain bagus di Balikpapan ini dan kami sudah tandai mereka. Ada yang kalah tapi dia berpotensi, jadi kami pertimbangkan untuk dapat super tiket," kata anggota tim pencari bakat PB Djarum Yuni Kartika di GOR Hevindo, Balikpapan, Senin.
Yuni Kartika juga mengaku kaget melihat banyaknya peserta seleksi di Balikpapan yang bermain kidal (menggunakan tangan kiri).
"Pemain kidal itu unik. Ini suatu hal yang baik, karena Indonesia membutuhkan juga pemain-pemain kidal," tambahnya.
Yuni Kartika adalah pemain nasional era 1990-an dan anggota tim nasional yang memenangi Piala Uber tahun 1994. Bukan kebetulan Yuni juga berasal dari klub PB Djarum.
Selain Yuni Kartika, tim pencari bakat juga beranggotakan sejumlah mantan pebulu tangkis nasional, seperti Denny Kantono, Johan Wahyudi, Maria Kristin, Basri Yusuf, dan dipimpin oleh Sigit Budiarto.
Mereka semuanya adalah para pemain nasional dari klub Djarum yang penuh prestasi di rentang 1990 hingga 2005.
Pencarian bibit pemain bulu tangkis di Balikpapan berlangsung dari Jumat (25/3) hingga Senin, yang diikuti sebanyak 406 peserta, usia 13, 15, dan 17. Dari jumlah itu, sebanyak 44 peserta di antaranya perempuan.
Berdasarkan catatan panitia, peserta berasal tidak hanya dari Balikpapan, tapi juga dari Samarinda, Bontang, Sangatta, Penajam Paser Utara, Paser, Banjarmasin (Kalimantan Selatan), bahkan dari sejumlah kota di Sulawesi.
Para peserta diseleksi dengan bertanding dalam format turnamen, dimana para juara di setiap kelompok umur berhak atas beasiswa bulu tangkis dari PB Djarum, yaitu tinggal dan berlatih di pemusatan latihan PB Djarum di Kudus dan Jakarta.
"Dari Balikpapan kami mencari empat atlet putra dan dua atlet putri, ditambah nanti mereka yang mendapat super tiket," kata Yuni.
Super tiket adalah fasilitas khusus yang diberikan tim seleksi kepada peserta yang bukan juara, namun dianggap memiliki potensi yang sesungguhnya tidak kalah dari para juara seleksi.
"Kami tidak hanya melihat hasil pertandingan dan teknik bermain. Kami juga menilai mental bertanding dan semangat juang," terang Yuni Kartika.(*)