Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah, Yuel Tenggara, di Palangka
Raya, Selasa, mengatakan, "Apabila dalam ramalan tersebut nanti banyak
membawa keburukan, maka apa langkah yang perlu dipersiapkan."
"Jadi, selain sejumlah peramal, kami juga mempersiapkan orang balian atau sejenis prosesi adat pembuang sial," katanya.
Sejumlah peramal itu juga nanti dapat dimanfaatkan masyarakat
setempat ataupun turis domestik dan mancanegara untuk melihat seperti
apa perjalanan kehidupannya di masa mendatang.
Dia mengungkap "cara" meramal itu, di antaranya sang peramal akan duduk di satu gong yang telah disediakan. Setelah itu, peramal akan melihat dengan kebatinan orang yang akan diramal itu.
"Peramal ini akan berada di Bundaran Besar Palangka Raya yang menjadi pusat menyambut GMT. Tapi perlu dipahami, kita sebagai manusia tetap harus lebih percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ramalan ini lebih kepada prediksi yang mungkin bisa terjadi," tambahnya.
Dia mengungkap "cara" meramal itu, di antaranya sang peramal akan duduk di satu gong yang telah disediakan. Setelah itu, peramal akan melihat dengan kebatinan orang yang akan diramal itu.
"Peramal ini akan berada di Bundaran Besar Palangka Raya yang menjadi pusat menyambut GMT. Tapi perlu dipahami, kita sebagai manusia tetap harus lebih percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ramalan ini lebih kepada prediksi yang mungkin bisa terjadi," tambahnya.
Sudah cukup banyak turis domestik dan mancanegara yang datang untuk GMT ini. Dari luar negeri, tercatat dari Jepang, Amerika, Rusia, Belanda, Spanyol, Brazil, Polandia, China, Australia, dan lain-lain. (*)