Samarinda (ANTARA Kaltim) - Produksi kedelai Provinsi Kalimantan Timur pada 2014 menurun 19,47 persen atau anjlok hingga 273 ton, dari 1.402 ton bijih kering pada 2013 menjadi 1.129 ton tahun lalu.
"Penurunan produksi kedelai sebanyak 273 ton itu baru angka sementara. Untuk angka pastinya baru bisa kami ekspos pada pertengahan 2015 karena sampai saat ini masih dilakukan pemutakhiran data," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Perwakilan Provinsi Kaltim Aden Gultom di Samarinda, Minggu.
Dari tahun ke tahun, lanjutnya, produksi kedelai di Kaltim cenderung berfluktuasi, misalnya pada 2012 sebanyak 1.052 ton bijih kering, pada 2013 naik menjadi 1.402 ton bijih kering, dan pada 2014 diperkirakan turun menjadi 1.129 ton bijih kering.
Penurunan produksi kedelai pada 2014 terjadi lantaran berkurangnya luas panen mencapai 193 hektare (ha) atau 20,04 persen.
Menurut dia, penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara akibat alih fungsi lahan menjadi kegiatan nonpertanian .
Dia merinci perkembangan tanaman kedelai per subround (periode), misalnya pada periode Januari-April 2014 luas panennya 304 ha dengan produktivitas sebanyak 15,03 kuintal per ha, sementara produksinya mencapai 457 ton bijih kering.
Kemudian pada subround Mei-Agustus luas panennya naik menjadi 372 ha dengan produktivitas 14,73 kuintal per ha, dan produksinya naik menjadi 584 ton kedelai bijih kering.
Selanjutnya pada subround September-Desember terjadi penurunan drastis terhadap luas panen yang hanya terdapat 94 ha, sementara produktivitasnya juga menurun menjadi 13,19 kuintal per ha sehingga berdampak pada penurunan produksi yang hanya tercapai 124 ton kedelai bijih kering.
Dia juga mengatakan pola panen kedelai sepanjang 2014 agak berbeda ketimbang tahun-tahun sebelumnya, karena pada 2014 puncak panennya terjadi pada subround Mei-Agustus, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya puncak panen terjadi pada subround Januari-April. (*)
Produksi Kedelai Kaltim Turun 19,47 persen
Minggu, 8 Maret 2015 14:50 WIB
Penurunan produksi kedelai sebanyak 273 ton itu baru angka sementara. Untuk angka pastinya baru bisa kami ekspos pada pertengahan 2015 karena sampai saat ini masih dilakukan pemutakhiran data,"