Samarinda (ANTARA) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (BI Kaltim) bersama pihak terkait meningkatkan pemantauan harga sekaligus memastikan bahan kebutuhan pokok tetap aman, untuk mencegah lonjakan harga menjelang Ramadhan 1446 Hijriah (2025 Masehi).
"Sudah ada tim yang kami bentuk bersama dengan pihak terkait, tugasnya antara lain memantau perkembangan harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional maupun pasar modern yang tersebar di Kaltim," ujar Kepala BI Kaltim Budi Widihartanto, di Samarinda, Senin.
Sedangkan dalam upaya memastikan harga tetap stabil, pihaknya mengacu pada tiga perkembangan harga yang setiap hari dirilis oleh pihak terkait, yakni oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Kaltim melalui laman hargapangan.laminetam.id.
Kemudian pemantauan harga kebutuhan pokok yang dilakukan oleh Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Kaltim, serta data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) BI.
"Pemantauan ini dilakukan terus menerus baik secara harian, akumulasi mingguan, hingga rata-rata bulanan agar kami dapat segera merespons jika terjadi kenaikan harga yang tidak wajar," kata Budi.
Apabila terdapat indikasi kenaikan harga kebutuhan pokok, maka ia segera melakukan koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kaltim untuk mengambil langkah cepat dan tepat, seperti operasi pasar dan distribusi pasokan tambahan untuk menekan inflasi.
Budi yang juga Wakil Ketua I TPID Kaltim ini menambahkan, hal yang rutin dilakukan tim hingga kini sebagai upaya mencegah inflasi adalah melalui strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif).
"TPID Kaltim akan terus bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan dalam pengendalian inflasi melalui strategi 4K untuk inflasi yang rendah dan stabil, guna mendukung pertumbuhan ekonomi Kaltim lebih tinggi dan berkelanjutan," katanya pula.
Pihaknya menyadari bahwa salah satu faktor yang menyebabkan fluktuasi harga di Kaltim adalah ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah, yakni rata-rata mencapai 70 persen, sehingga cara yang dilakukan antara lain memastikan distribusi barang lancar dan mengupayakan menaikkan produktivitas lokal.