Samarinda (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) menekankan pentingnya kesigapan orang tua dalam memahami gejala demam berdarah dengue (DBD) pada anak untuk mencegah penyakit semakin akut yang berujung kematian.
Ketua Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kaltim Adi Permana di Samarinda, Sabtu, mengingatkan DBD dapat berkembang dengan cepat dan sering kali menunjukkan gejala yang tidak terduga, sehingga kewaspadaan dini sebagai hal krusial.
Ia menjelaskan DBD memiliki pola infeksi yang beragam, mirip dengan COVID-19. Beberapa kasus tidak menunjukkan gejala atau orang tanpa gejala (OTG), sedangkan lainnya berkembang menjadi kondisi serius. Periode kritis biasanya terjadi pada hari kelima, di mana anak mungkin tampak membaik dan aktif bermain, namun kondisi mereka dapat tiba-tiba menurun drastis.
"Seringkali, orang tua lengah saat anak terlihat sudah sehat dan aktif di hari kelima. Padahal, pada fase ini, anak berisiko mengalami penurunan kondisi yang cepat, seperti tangan dan badan menjadi dingin, hingga kebiruan akibat kebocoran plasma," ujar dia.
Ia menekankan pentingnya pemantauan sejak awal infeksi. Jika orang tua menyadari infeksi sejak dini, penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan efektif. Pemahaman tentang siklus penyakit, termasuk fase kritis, sebagai hal penting agar orang tua dapat memantau kondisi anak dengan lebih baik.
"Kami mengimbau masyarakat untuk selalu berpikir waspada terhadap DBD, terutama saat anak mengalami demam. DBD dapat mengancam nyawa dalam waktu singkat, tidak seperti penyakit kronis lainnya," kata Adi.
Dia juga menyoroti pentingnya pencatatan riwayat demam anak. Informasi ini krusial bagi tenaga kesehatan untuk menentukan fase penyakit dan memberikan penanganan yang tepat. Kesalahan informasi dapat berakibat fatal.
"Banyak kasus kematian akibat DBD yang kami audit menunjukkan bahwa orang tua seringkali menganggap anak sudah sembuh setelah demam mereda, padahal kondisi anak bisa memburuk dengan cepat," katanya.
Ia mengatakan keterlambatan penanganan menjadi penyebab utama kasus DBD berujung kematian.
Meski fasilitas kesehatan telah siap, ujarnya, tanpa kesadaran dan tindakan cepat dari orang tua, upaya penanganan akan sia-sia.