Samarinda (ANTARA) -
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI menginisiasi zakat untuk akses Al Quran bagi disabilitas netra dan teman tuli dalam rangkaian kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) ke-30 di Samarinda, Kalimantan Timur.
"Melalui dana zakat, BAZNAS berkomitmen untuk terus mendukung program-program yang dapat meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan ketaqwaan masyarakat, termasuk akses Al Quran bagi para disabilitas," kata Deputi II BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan HM Imdadun Rahmat di Samarinda, Minggu.
Imdadun mengemukakan bahwa zakat untuk akses Al Quran bagi disabilitas netra dan teman tuli itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya inklusivitas dalam memahami dan mengamalkan Al Quran.
“Akses terhadap Al Quran adalah hak bagi setiap individu, tanpa terkecuali. Melalui talk show ini, kami berharap dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan aksesibilitas Al Quran bagi disabilitas,” ujarnya.
Imdadun menerangkan bahwa BAZNAS selama ini telah mengembangkan program akses fasilitas Al Quran isyarat dan Braille untuk penyandang disabilitas melalui pemanfaatan dana zakat infak dan sedekah.
"Hal ini sebagai bentuk kepedulian BAZNAS kepada teman-teman tuli dan tuna netra untuk tetap bisa menjalankan ibadah membaca Al Quran," terangnya.
Baca juga: Sebanyak 36 negara pamerkan karya seni kaligrafi di MTQ Nasional
Ia menjelaskan bagaimana zakat bisa berperan penting dalam memberikan aksesibilitas Al Quran bagi penyandang disabilitas, terutama mereka yang tunanetra dan tuli.
"Melalui program zakat, BAZNAS berupaya mencetak Al Quran dalam huruf Braille dan menyediakan alat bantu dengar untuk teman tuli agar mereka dapat lebih memahami dan mendalami ajaran Al Quran," ujarnya.
Menurut Imdadun, BAZNAS bekerja sama dengan para ahli untuk menghasilkan Al Quran dalam bentuk Braille dan bahasa isyarat, sehingga penyandang tunanetra dan tunarungu dapat membaca dan memahami Al Quran secara mandiri.
"Selain itu, BAZNAS juga menyelenggarakan pelatihan bagi para guru Al Quran agar mereka memiliki kemampuan dalam mengajar Al Quran kepada siswa dengan berbagai jenis disabilitas," katanya.
Imdadun berharap penyelenggaraan MTQ selanjutnya juga menyediakan kategori untuk para penyandang disabilitas seperti kategori Braille untuk penyandang tunanetra, kategori Braille untuk penyandang tuna rungu wicara, serta kategori lainnya yang sesuai dengan jenis disabilitas lain seperti autisme atau disabilitas intelektual yang relevan.
Baca juga: Kemenag menyiapkan 10 jenis mushaf Al Quran untuk diedarkan
Sementara itu, Ahmad Badruddin selaku Pentashih Mushaf Al Quran Kementerian Agama RI dalam paparannya menjelaskan bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk memudahkan akses Al Quran bagi disabilitas, seperti pengembangan Al Quran Braille dan Al Quran dengan bahasa isyarat.
“Al Quran adalah sumber cahaya bagi seluruh umat manusia. Kita harus memastikan bahwa cahaya ini dapat menyinari setiap jiwa, tanpa memandang kondisi fisiknya,” ujarnya.
Ahmad Badruddin juga menekankan pentingnya standar penulisan dan pentashihan mushaf Al Quran yang diadaptasi sesuai kebutuhan disabilitas agar tetap terjaga keasliannya dan dapat diakses oleh semua kalangan.
"Adaptasi ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar substansi Al Quran tidak mengalami perubahan, sembari memperhatikan aspek teknis seperti huruf Braille untuk tunanetra dan sistem pendukung lainnya bagi teman tuli," papar dia.
Penyesuaian ini, tambah Ahmad Badruddin, juga bertujuan agar seluruh lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama dalam mendalami dan memahami Al Quran.
BAZNAS RI juga menyemarakkan MTQN ke-30 dengan menghadirkan stan inovatif, bertujuan untuk memperluas syiar Islam, dan memberikan akses lebih inklusif terhadap Al Quran, khususnya bagi penyandang disabilitas.
Baca juga: Implementasi nilai Al Quran ciptakan perdamaian dunia
Stan kelas belajar bahasa isyarat dan Al Quran Braille dihadirkan BAZNAS bekerja sama dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran (LPMQ) Kemenag RI.
Selain itu, turut hadir pula stan yang menampilkan aneka makanan ringan hasil dari pemberdayaan ekonomi mustahik binaan BAZNAS di Stadion Gelora Kadrie Oening, Samarinda, Kalimantan Timur, pada 8 - 16 September 2024.
MTQN ke-30 diusung dengan semangat transformasi digital, yang menjadi salah satu inovasi utama dalam penyelenggaraannya. Kementerian Agama telah menetapkan 1.998 peserta terdiri atas 1.567 peserta inti dan 431 cadangan.
Sejumlah mekanisme pelaksanaan MTQN dilakukan berbasis aplikasi, antara lain pendaftaran melalui e-MTQ, penerapan e-Maqra, dan penilaian dengan menggunakan e-Scoring. Digitalisasi proses ini sebagai bagian dari wujud akuntabilitas dan peningkatan kualitas MTQ.
Cabang MTQN ke-30 ini meliputi Musabaqah Tilawah Al Quran, Musabaqah Qiraah Al Quran, Musabaqah Hafalan Al Quran, Musabaqah Tafsir Al Quran, Musabaqah Fahmil Al Quran, Musabawah Syarhil Al Quran, Musabaqh Kalighrafi Al Quran, dan Musabaqah Karya Tulis Ilmiah Al Quran.
Baca juga: Kemenag kembangkan Al Quran bahasa daerah sajikan kekayaan budaya