Balikpapan (ANTARA Kaltim)- Kawasan hutan bernilai keanekaragaman hayati tinggi (NKT) di Teluk Balikpapan diabaikan oleh PT Wilmar Nabati Indonesia (WINA) dalam upayanya meluaskan pembangunan pabrik kelapa sawit.
Pengabaian NKT tersebut memungkinkan perusahaan leluasa menebang hutan dan menjadikannya area perluasan pabrik seperti yang diinginkan.
"PT Re.Mark Asia yang melakukan evaluasi atas kawasan NKT itu mengabaikan hampir seluruh ciri-ciri NKT yang ada di kawasan itu," kata Stanislav Lhota, peneliti primata dari Czech University of Life Sciences, Praha, Republik Ceko, di Balikpapan, Minggu.
Stanislav Lhota telah meneliti dan mempelajari kawasan Teluk Balikpaan selama satu dekade terakhir.
Lhota mencermati bahwa laporan Re.Mark Asia tidak didukung data lapangan yang valid.
Re.Mark Asia hanya bekerja 4-5 hari di lapangan. Kemudian menggunakan data dari Analisa Menganai Dampak Lingkungan (Amdal), termasuk juga Upaya Kelola Lingkungan atau UKL dan Upaya Perencanaan Lingkungan atau UPL yang sudah dirilis beberapa tahun sebelumnya.
"Apalagi data Amdal terkenal sangat tidak akurat dan sering sengaja dimanipulasi," ujar Lhota.
Kurangnya data lapangan itu membuat kesimpulan bahwa 86 persen hutan mangrove di dalam kawasan konsesi WINA tersebut telah berubah menjadi semak belukar dan tambak.
Padahal, lanjutnya, 100 persen hutan mangrove dalam konsesi itu berada dalam kondisi yang cukup baik sebelum Wilmar datang.
Laporan evaluasi itu juga tidak mengganggap keberadaan hutan sekunder yang luas yang juga memiliki nilai konservasi tinggi di dalam konsesi PT WINA tersebut.
Di dalam laporan PT Re.Mark Asia, hutan itu dikelompokkan sebagai semak belukar.
Namun kenyataannnya, jelas Lhota, hutan ini adalah habitat bagi banyak spesies yang terancam punah dan menjadi rumah bagi populasi bekantan (Nasalis larvatus) terbesar di dunia.(*)
Wina Abaikan Kawasan Bernilai Keanekaragaman Hayati Tinggi
Minggu, 2 Maret 2014 20:39 WIB