Penajam (ANTARA Kaltim) - Komunitas Peduli Alam dan Lingkungan (KPAL) Kabupaten Penajam Paser Utara meminta agar pemerintah maupun perusahaan di daerah itu harus betul-betul teliti dan tidak merusak lingkungan dalam melaksanakan pembangunan.
Sekretaris Komunitas Peduli Alam dan Lingkungan Kabupaten Penajam Paser Utara, Edi Londa, Selasa mengatakan, dampak kerusakan yang disebabkan pembangunan tidak berbasis lingkungan tersebut tidak dirasakan langsung tetapi dampaknya baru akan dirasakan tiga tahun ke depan.
Pembangunan di wilayah pesisir pantai kata Edi Londa harus mendapat perhatian serius karena jikakurang mendapat kontrol dari pemerintah, maka akan terjadi tekanan ekologi yang sangat besar dan efek yang ditimbulkan, yakni terjadinya abrasi.
Selain abrasi, hal yang paling menghantui masyarakat terutama wilayah pesisir Tanjung Jumlai adalah dengan buangan perusahaan minyak dan gas (migas) di wilayah tersebut.
“Buangan air mereka ke laut hasil pengelolaan migas tanpa ada kontrol, jelas akan merusak lingkungan. Kalau tidak ada kontrol maka dampaknya terhadap kualitas air. Padahal di wilayah itu merupakan objek wisata pantai andalan Penajam Paser Utara," ungkap Edi Londa.
Terkait kualitas air di Penajam Paser Utara kata dia, selama ini tidak pernah mendengar adanya pengkajian yang dilakukan untuk menguji kualitas air.
Pengkajian dilakukan setiap tahun menurut Edi Londa untuk mengecek tingkat pencemaran terhadap air yang berada di empat kecamatan.
"Jangan sampai kualitas air yang sudah tercemar masih digunakan masyarakat baik untuk masak maupun mandi. Selain untuk kualitas air, pemerintah juga harus terus melakukan kontrol terhadap galian C. Karena tanpa ada kontrol maka dikhawatirkan akan terjadi kerusakan lingkungan yang cukup parah," katanya.
"Apalagi, saat ini sejumlah bukit terlihat sudah mulai digali untuk kebutuhan pembangunan. Seharusnya pemerintah melakukan kontrol terutama untuk kebutuhan pembangunan. Kalau pemerintah mau melakukan pembangunan, seharusnya memantau efek dari pembangunan itu. Mungkin tiga tahun baru kita rasakan efek pembangunan itu," ungkap Edi Londa.
Ke depan pemerintah juga harus memperhatikan bantaran Sungai Sesumpu, karena saat ini menurut Edi Londa ekosistem di sungai tersbebut, harus terus dijaga karena menyangkut satwa yang ada di sungai maupun di bantaran sungai.
"Sekarang Bekantan dan Warek sudah mulai masuk di pemukiman warga kenapa ruang mencari makan sudah terkurung dan mulai menipis sehingga masuk di wilayah perkampungan,†kata Edi. (*)
KPAL Penajam Minta Pembangunan Harus Berbasis Lingkungan
Rabu, 12 Februari 2014 1:58 WIB