Penajam (ANTARA Kaltim) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komunitas Pencinta Alam dan Lingkungan (KPAL) Kabupaten Penajam Paser Utara, menduga, air bersih yang didistribusikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kepada ribuan pelanggan telah tercemar limbah tambang batu bara.
Ketua KPAL Penajam Paser Utara, Alfian, Kamis mengatakan, dugaan tersebut didasarkan karena di hulu sungai Lawe-lawe yang menjadi sumber air PDAM terdapat tambang batu bara.
Setiap musim hujan terjadi terutama di hulu sungai kata Alfian, air baku tiba-tiba berlumpur dan berwarna kecoklatan.
Bahkan, KPAL Penajam Paser Utara mengklaim memiliki bukti rekaman dimana air baku yang dikelola PDAM berwarna hitam.
"Jadi bukan lagi berwarna kemerah-merahan seperti air teh tetapi sudah berwarna hitam. Dampaknya, warga terserang gatal-gatal setelah menggunakan air PDAM untuk mandi sehingga kami yakin bahwa air PDAM sudah tercemar,†katanya.
Beberapa waktu lalu lanjut Alfian KPAL melakukan penelusuran dengan mendatangi salah satu tambang batu bara yang berada di hulu sungai Lawe-lawe.
Di areal tambang batu bara tersebut kata dia, ditemukan pengolahan air sebelum disalurkan ke Sungai Kapten, yangmerupakan anak Sungai Lawe-lawe.
Namun saat hujan deras menurut Alfian, kolam pengolahan air tersebut dapat meluap dan masuk ke sungai.
"Memang ada kolam pengolahan tapi pada saat hujan deras, air dari tambang batu bara itu langsung meluber masuk ke sungai dan mengalir. Apalagi, jarak tambang batu bara dengan tempat pengolahan air bersih hanya berkisar satu kilometer,†ucapnya.
Alfian membandingkan, saat musim kemarau air sungai Lawe-lawe kualitasnya jernih dan layak diolah menjadi air bersih.
"Karena, saat musim kemarau, kolam pengolahan air tambang batu bara bisa berfungsi dan setelah jernih baru di salurkan ke sungai Lawe-lawe," kata Alfian.
Dengan kondisi seperti ini, Alfian meminta kepada DPRD turun ke lapangan terutama ke tambang batu bara untuk mengecek pengolahan air tambang sebelum di salurkan ke Sungai Lawe-lawe.
“Kami juga belum yakin, apakah betul hasil laboratorium yang katanya dilakukan Kantor Lingkungan Hidup itu tidak ada pencemaran. Kalau tidak ada pencemaran kenapa setiap hujan deras air hitam pekat dan sulit untuk diolah menjadi air bersih," ungkap Alfian.
Kepala Teknik PDAM, Aminuddin menyatakan, sampel air sungai yang pernah diambil telah diserahkan kepada KLH untuk diteliti, apakah terjadi pencemaran atau tidak.
“Sampai saat ini kami juga belum menerima hasil laboratorium itu,†katanya.
Sementara, Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Penajam Paser Utara, Eviola menjelaskan, dari hasil laboratorium dari enam titik air yang diambil sebagai sammpel, belum menemukan adanya pencemaran.
"Hanya 'ph' atau tingkat keasaman air saja yang mengalami penurunan. Namun demikian, saat pengambilan sampel air dilakukan tidak terjadi hujan selama dua hari," kata Eviola.
Meskipun dalam hasil laboratorium belum menemukan adanya pencemaran, pihaknya tetap akan melakukan evaluasi untuk menentukan langkah selanjutnya.
"Bahkan, ada rencana untuk memanggil sejumlah perusahaan yang beroperasi di hulu sungai Lawe-lawe. Kami juga akan meminta kepada teman-teman LSM untuk menunjukan kalau punya bukti, untuk membuktikan adanya pencemaran†katanya. (*)