Jakarta (ANTARA) - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menilai kebijakan Indonesia yang berwawasan ke depan dan terkoordinasi dengan baik telah membantu dalam menghadapi lingkungan global yang sangat menantang di tahun 2022.
Hal tersebut diiringi dengan pertumbuhan yang sehat, penurunan inflasi, dan sistem keuangan yang stabil dan menguntungkan.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu, para Direksi Eksekutif IMF menyebutkan dengan berjalannya pemulihan, kebijakan di Indonesia diarahkan untuk memulihkan kerangka kebijakan ekonomi makro pra pandemi dan mempercepat reformasi struktural.
Reformasi struktural dilakukan untuk memperkuat stabilitas ekonomi makro dan membangun ruang kebijakan terhadap guncangan di masa mendatang.
Baca juga: IMF "tidak dapat kesampingkan" kemungkinan resesi global
Ke depan, IMF berpendapat Indonesia berada di posisi yang tepat untuk melanjutkan pertumbuhan yang kuat dan inklusif, yang didukung oleh reformasi berbasis luas untuk mendorong lingkungan bisnis yang mendukung, mendiversifikasi ekonomi, dan memitigasi perubahan iklim.
Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang kuat pada tahun 2022, yakni tumbuh sebesar 5,3 persen, yang didorong oleh pemulihan permintaan domestik dan kinerja ekspor yang solid, serta di tengah harga komoditas internasional yang tinggi.
Kendati demikian, pertumbuhan diproyeksikan sedikit melambat menjadi 5 persen pada tahun 2023, mengingat pengaturan kebijakan yang lebih ketat dan normalisasi harga komoditas.
Inflasi yang tahun lalu mencapai puncak 6 persen diperkirakan akan kembali ke kisaran target Bank Indonesia sebesar 2-4 persen pada paruh kedua tahun 2023.
Baca juga: Gubernur BI siap sederhanakan digit rupiah
Dewan Direksi IMF mencatat bahwa kebijakan moneter telah diperketat dengan tepat untuk menjaga stabilitas harga. Namun, mereka menekankan perlunya kebijakan moneter untuk bertindak tegas jika inflasi mengejutkan.
Sementara itu, neraca transaksi berjalan Indonesia mencapai 1 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2022, didukung oleh harga komoditas yang tinggi dan diproyeksikan berubah menjadi defisit kecil pada tahun 2023.
Risiko secara umum seimbang dalam waktu dekat, tetapi lingkungan ekonomi global yang sangat tidak pasti terus mengaburkan proyeksi.