Tenggarong (ANTARA Kaltim)- Bukan hanya orang-orang didunia nyata saja yangdiundang dalam kemeriahan pesta adat , seni dan budaya Erau di KutaiKartanegara (Kukar), tetapi dari duniagaib pun tak lupa diberitahu. Ritual dengan mengundang makhluk gaib yang dinamakanupacara Merangin.
Ritual Merangin itu digelar tiga malam, mulai Rabu (26/6) malam lalu sampaidengan Sabtu (29/7) malam mendatang, kecuali Malam Jumat.
Upacara adat Merangin tersebut dimulai sejak pukul 20.00 WITA dipusatkan diSerapo Belian yaitu bangunan kayu beratap daun nipah yang terletak di sampingKeraton Kesultanan Kutai atau Museum Mulawarman Tenggarong, dengan melibatkan 7orang Belian (sebutan untuk laki-laki ahli Mantera dalam bahasa Kutai)laki-laki dan 7 orang Dewa (sebutan untuk perempuan ahli Mantera).
Pimpinan Dewa, Arbaenah mengatakan acara Merangin adalah ritual pendahuluanyang wajib dilaksanakan menjelang Erau, tujunnya adalah mengundang makhluk gaibuntuk ikut serta dalam kemeriahan Erau.
“Merangin malam pertama ini, gunanya untuk memberitahu makhluk gaib yang beradadi langit bahwa sebentar lagi Erau dilaksanakan,†ujar Arbaenah yang tahun iniberusia 85 tahun itu saat ditemui usai melaksanakan Merangin ke I, Rabu (26/6)malam lalu.
Arbaenah menjelaskan bahwa pada malam kedua, Merangin bertujuan untuk memberitahumakhluk gaib yang berada di tanah, misalnya yang menghuni pepohonan, batu,serta digunung.
Sedangkan pada merangin malam ketiga ditujukan untuk memberitahu makhluk gaib yang berada di air, laludikumpulkan ketiga makhluk gaib penghuni langit,tanah dan air tersebut.
Upacara adat Merangin ini diawali dengan pembacaan "Memang" (mantera)oleh salah satu dari tujuh Belain Laki yang mengelilingi Binyawan yang diletakkandi tengah bangunan. Sementara Arbaenah pimpinan Dewa ikut dalam lingkarantersebut membakar kemenyan tampak sesekali
menghamburkan beras kuning.
Binyawan adalah alat utama dalam ritual Merangin berbentuk tiang terbuat daribambu, dan dibalut janur kuning yang disusun dari bawah hingga ke atas sebanyak7 tingkat. Di bagian atas Binyawan terdapat replika burung enggang yang terbuatdari kayu. Sementara di bagian bawahnya terdapat replika kura-kura yang jugadibuat dari kayu.
Peralatan lainnya yaitu di sisi pinggiran dalam Serapo Belian terdapat duaayunan yang terbuat dari kayu dengan rotan sebagai penggantungnya. Salah satuayunan diukir dengan ornamen Buaya yang disebut Romba, sedangkan satu ayunanlagi disebut Ayun Dewa.
Bunyi tetabuhan gendang dan gong berirama monoton yang terus mengalun mengiringiritual itu menambah suasana magis semakin terasa dalam upacara adat itu.Apalagi ketika 7 orang Belian mulai berputar mengelilingi Binyawan yangdiletakkan di tengah bangunan.
Ketika para Belian terus berlari keliling sambil memegangi batang Binyawan,tiang Binyawan itu pun ikut berputar pada sumbunya. Para Belian tampak sesekalimenaiki Romba yang berputar makin lama makin cepat itu.
Sementara itu, para Dewa yang terdiri dari 7 orang wanita sesekali melemparberas kuning ke arah para Belian terus berputar mengelilingi Romba dengancepat.
Upacara adat Merangin Malam ini diakhiri dengan tarian Dewa Bini yang juga ikutmengelilingi Romba. Namun berbeda dengan para Belian, tarian Dewa ini dibawakansecara lemah gemulai.
Diakhir acara Koordinator Sakral Keraton Kukar Awang Imaludin mengatakan bahwaacara adat Merangin tersebut merupakan rangkaian dari ritual adat Menjamu Benuayang telah dilakukan pada siang harinya, dengan tujuan memberi tahukan kepadamakhluk lain bahwa Erau akan
digelar. (Hayru)
