Nunukan (ANTARA Kaltim) - Pejabat Gubernur Kalimantan Utara, Dr Ir H Irianto Lambrie MSi di Nunukan, Selasa (4/6) malam, yakin wilayah itu akan lebih cepat berkembang dan maju karena penduduknya berasal dari berbagai peradaban dan kultur sosial.
Ia menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2012 penduduk Provinsi Kalimantan Utara sebanyak 615 jiwa dan sepertiganya merupakan Suku Jawa yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan sebagian kecil dari Jawa Barat.
Komunitas penduduk terbanyak kedua adalah berasal dari Sulawesi Selatan dan selebihnya penduduk suku asli Kalimantan yaitu Banjar, Bulungan, Dayak, Tidung dan Kutai.
Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Malaysia dan terdiri dari perairan yang dihuni oleh masyarakat heterogen dengan berbagai kultural sosial dan agama maka mengacu pada sejarah peradaban manusia provinsi ini dapat lebih cepat maju dan berkembang, kata dia.
Bahkan dia mengatakan, kemungkinan besar penduduk Kalimantan Utara saat ini telah bertambah karena pengaruh migrasi spontan yang terjadi di Kabupaten Nunukan dan tingkat kelahiran yang tidak terkendali.
Memperhatikan kondisi ini, Irianto berpesan agar masyarakat tetap hidup rukun meskipun berasal dari suku yang berbeda-beda dan kultural sosial yang beraneka ragam.
"Dibandingkan dengan daerah yang berpenduduk homogen, biasanya daerah yang penduduknya heterogen lebih cepat berkembang dan maju," ujarnya.
Ia mencontohkan Amerika Serikat dan Australia yang penduduknya berasal dari berbagai kultur dan peradaban terbukti lebih maju daripada benua lain yang penduduknya homogen.
Kedua benua ini sebelum menjadi sebuah negara, merupakan tempat bagi orang-orang yang mencari kehidupan baru. Bahkan kata dia, pada awalnya Australia merupakan tempat orang-orang kriminal dari Inggeris yang dibuang kesana dan turun temurun dan menjadilah penduduk yang mengakar sampai sekarang.
Provinsi Kalimantan Utara yang mirip dengan kedua benua yang telah maju ini perlu mencontohnya dan pemda di wilayah ini perlu mengelola perbedaan tersebut agar perkembangan dapat lebih cepat.
"Kalau kita tidak pandai mengelola perbedaan masyarakat kita, sehingga jika terjadi sesuatu konflik sosial maka yang menerima kerugiannya adalah masyarakat kita sendiri. Pemulihannya sangat panjang dan membutuhkan waktu lama," ucap dia. (*)