Samarinda (ANTARA) - Perusahaan batu bara PT Batuah Energi Prima (BEP) di Kutai Kartanegara mengalami kerugian ratusan miliar rupiah karena berhenti melakukan kegiatan produksi akibat penutupan jalan hauling oleh oknum masyarakat.
Project Manager PT. BEP, Ketut Suardana menjelaskan, dampak kerugian dari penutupan jalan hauling terhitung selama 20 hari ini sebesar 195.000 ton yang jika dinominalkan sebesar Rp 122,850 miliar.
"Hitungan rata-rata per hari produksi diangka 10.000 ton, saat ini sudah berlangsung 20 hari," kata Ketut Suardana dihubungi dari Samarinda, Selasa.
Ia menambahkan dampak kerugian juga berimbas kepada pemasukan negara dari sektor royalti dan pajak.
Menurut Ketut dari penjualan ekspor batu bara 146.250 ton negara mendapat royalti untuk penjualan ekspor sebesar Rp. 3,4 miliar dan pajak ekspor PPH22 1,5 persen sebesar Rp. 51.6 juta.
Selain itu juga ada kerugian negara untuk penjualan domestik sebesar 48.750 ton yang mana dari besaran tersebut negara mendapat royalti untuk penjualan domestik sebesar Rp 555 juta dan pajak ekspor PPH22 1,5 persen sebesar Rp 1,8 miliar, serta PPN 10 persen Rp 2,5 miliar.
"Jadi total kerugian negara yang seharusnya kita setorkan selama 20 hari ini Rp8,4 miliar," jelasnya.
Imbas dari penutupan jalan hauling itu juga turut dirasakan para vendor atau mitra PT. BEP, seperti vendor NBI mengalami kerugian sebesar Rp 3,7 miliar, kemudian Vendor AJK mengalami kerugian sebesar Rp 1,2 Miliar, lalu vendor AMJ yang merugi sebesar Rp 945.945.000 dan vendor MUT yang mengalami kerugian sebesar Rp 1,38 Miliar.
"Untuk total kerugian yang dialami para mitra kami ini senilai Rp 7,3 miliar," jelas Ketut.
Ketut menerangkan, selama adanya penutupan jalan hauling itu, seluruh karyawan tidak dapat beraktivitas, sehingga para karyawan hanya masuk kerja untuk absen kehadiran dan menunggu waktu pulang kerja.
"Itu menandai bahwa mereka masih sebagai karyawan PT. BEP," tuturnya.
Ia mengaku, dampak kepada pemenuhan kebutuhan karyawan juga sangat terasa, karena untuk memenuhi gaji karyawan sangat bergantung pada produksi yang dihasilkan perusahaan.
Bahkan lanjut Ketut, jika kondisi tersebut berlangsung lama maka pihaknya tidak menutup kemungkinan akan merumahkan sementara sebagian karyawan.
" Saat ini jumlah seluruh karyawan PT BEP sebanyak 600 orang, untuk tahap pertama mungkin kami akan merumahkan sementara sejumlah karyawan, Namun jika kondisi memaksa tidak menutup kemungkinan dilakukan PHK, dengan menyisakan 10 persen karyawan inti," jelasnya.
Sejumlah karyawan PT BEP mengaku was-was dengan masa depan perusahaannya, karena tidak menutup kemungkinan bakal terjadi PHK massal.
"Saat ini saja kami sudah merasakan imbasnya, karena kami hanya menerima gaji pokok saja," kata Hendrik salah satu karyawan perusahaan.
Karyawan lainnya, Ahmad Majid berharap adanya solusi, sehingga perusahaan bisa beroperasi kembali seperti sebelumnya.
" Kami berharap persoalan ini bisa cepat selesai dan kami para pekerja bisa segera bekerja dengan situasi yang normal," jelas Ahmad Majid.