Balikpapan (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan Kukuh Ribudiyanto mengatakan berdasarkan perkiraan curah hujan di Kaltim tinggi saat memasuki periode Natal dan Tahun Baru 2025.
"Normalnya curah hujan itu berkisar 50-100 milimeter, tapi memasuki akhir tahun berkisar di 300-400 milimeter," katanya di Balikpapan, Senin (9/12).
Dia mengatakan kondisi tersebut tidak hanya di periode Natal dan Tahun baru, namun berlanjut hingga April tahun depan, dalam hal ini pada awal tahun 2025 merupakan puncak pertama musim hujan dan April puncak ke dua.
"Desember ini menuju puncak musim penghujan, dan puncaknya itu pada Januari hingga April," terangnya.
Lanjutnya, curah hujan tinggi ini bisa saja terjadi hingga Lebaran Idul Fitri tahun depan, mengingat Idul Fitri tahun depan diperkirakan jatuh pada bulan Maret.
Kukuh menuturkan kondisi tersebut disebabkan adanya siklus La Nina yakni anomali iklim global yang ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut (SPL) atau sea surface temperature (SST) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.
"Sehingga sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Kaltim cuaca lebih dingin serta curah hujan meningkat," ujarnya.
Meskipun curah hujan tinggi namun Kukuh menyatakan potensi angin kencang serta hujan yang disertai petir menurun pada periode tersebut.
"Hujan petir dan angin kencang yang terjadi pada Oktober lalu berkurang mulai bulan ini," tuturnya.
Di sisi lain, Kukuh mengingatkan warga terutama yang di kawasan pesisir agar mewaspadai banjir rob mengingat saat periode tersebut kondisi air sedang pasang serta gelombang terkadang tinggi.
"Potensi bencana itu ada, terutama yang di pesisir pantai seperti banjir rob, dan untuk di Balikpapan mengingat wilayahnya berbukit yang perlu diwaspadai tanah longsor," jelasnya.
Begitupun untuk yang di pesisir sungai, menurut Kukuh curah hujan yang tinggi bisa mengakibatkan sungai meluap.
"Terutama yang di sekitaran Sungai Mahakam, di sana ada Samarinda, Kutai Kartanegara (Kukar) Mahakam Hulu (Mahulu), dan lainnya," katanya.
Dia juga mengimbau kepada masyarakat dan pemerintah agar lebih perhatian dengan potensi bencana tersebut.
Kukuh menilai sejauh ini peran pemerintah cukup baik dalam mitigasi bencana baik melalui rapat koordinasi (Rakor) kebencanaan maupun rapat kesiapsiagaan bencana.
"Pemerintah juga meneruskan sistem peringatan dini (early warning sistem) dari kami untuk disampaikan ke masyarakat," kata dia.