Samarinda (ANTARA) - Puluhan mahasiswa berasal dari Apau Kayan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, tertahan di wilayah perbatasan akibat tidak ada penerbangan dari wilayah itu ke Samarinda.
"Banyak mahasiswa yang kuliah di Samarinda hingga saat ini masih tertahan di Apau Kayan karena tidak ada penerbangan ke Samarinda setelah kontrak Susi Air sebagai pemenang lelang penerbangan bersubsidi berakhir 31 Desember 2012," kata Kepala Adat Besar Apau Kayan, Ibau Ala, di Samarinda, Jumat (18/1) malam.
Mahasiswa yang tertahan itu, kata Ibau Ala, mereka yang mudik merayakan Natal dan Tahun Baru di kampung halamannya di wilayah adat Apau Kayan di empat kecamatan, yakni Kayan Ulu, Kayan Selatan, Kayan Ilir, dan Sungai Boh.
"Mereka merayakan Natal dan Tahun Baru di kampung halamannya masing-masing, namun saat hendak kembali ke Samarinda ternyata tidak ada lagi penerbangan," katanya.
Akibatnya, katanya, mereka tidak bisa mengikuti ujian di kampusnya.
Selain puluhan mahasiswa yang tertahan akibat terhentinya penerbangan bersubsidi tersebut, distribusi berbagai kebutuhan pokok untuk warga Apau Kayan juga terhenti.
"Berdasarkan data kami sementara, sedikitnya 20 mahasiswa yang tertahan di sana. Belum lagi warga yang biasanya melakukan aktifitas, termasuk distribusi sembako juga saat ini terhenti," kata Ibau Ala.
Seorang pemuda Apau Kayan, Ichin, juga mengakui banyak rekan-rekannya yang terpaksa tidak bisa mengikuti perkuliahan karena masih tertahan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Serawak, Malaysia tersebut.
"Mereka tidak tahu jika permasalahan lelang penerbangan bersubsidi itu akan berlarut-larut sampai saat ini. Seharusnya mereka sudah kembali sejak awal Januari namun karena tidak ada penerbangan sehingga banyak teman-teman yang tidak bisa mengikuti perkuliahan," katanya.
Warga Apau Kayan, katanya, berharap,masalah penerbangan bersubsidi tersebut tidak lagi terjadi pada tahun berikutnya.
"Kondisi seperti ini setiap tahun terjadi sehingga semestinya pemerintah sudah bisa mengantisipasi sebelum kontrak penerbangan bersubsidi itu berakhir," katanya.
Namun, katanya, pemerintah kurang serius memperhatikan masalah penerbangan bersubsidi ke daerah itu sehingga peristiwa serupa terus terulang.
Selain itu, katanya, belum selesainya pembangunan jalur transportasi darat membuat masyarakat setempat terpaksa membeli kebutuhan pokok ke wilayah Malaysia. (*)
Puluhan Mahasiswa Tertahan di Wilayah Perbatasan
Sabtu, 19 Januari 2013 4:45 WIB
Berdasarkan data kami sementara, sedikitnya 20 mahasiswa yang tertahan di sana. Belum lagi warga yang biasanya melakukan aktifitas, termasuk distribusi sembako juga saat ini terhenti