Penajam (ANTARA) - Potensi lahan sawah produktif di Kabupaten Penajam Paser Utara yang ditetapkan sebagai bagian dari calon ibu kota negara (IKN) Indonesia yang baru di Provinsi Kalimantan Timur, belum tergarap secara maksimal karena masih terkendala kebutuhan sistem pengairan.
"Potensi lahan pertanian tanaman padi sangat besar, tapi belum tergarap optimal," ujar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD Kabupaten Penajam Paser Utara, Jon Kenedi ketika ditemui di Penajam, Selasa.
Sejauh ini menurut politisi Partai Demokrat tersebut, lahan persawahan yang digarap petani baru dikisaran 60 persen dari total lahan produktif sekitar 15.000 hektare.
Belum tergarapnya lahan pertanian tanaman padi produktif di wilayah Penajam Paser Utara secara maksimal, sebab sebagian petani mengalami kendala dalam pemenuhan air untuk irigasi.
"Pemerintah kabupaten telah berupaya mengatasi persoalan irigasi itu secara bertahap," ucap Jon Kenedi.
Namun lanjut ia, untuk memenuhi irigasi lahan persawahan di wilayah Kecamatan Babulu butuh waktu karena lahan sawah produktif cukup luas.
Jon Kenedi berharap sambil menunggu pembangunan bendung gerak Sungai Talake, masyarakat petani tidak melakukan alih fungsi lahan pertanian tanaman padi.
"Sebagai calon bagian wilayah ibu kota negara luasan sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara harus terus ditambah untuk wujudkan swasembada pangan," jelasnya.
Dengan belum teratasinya persoalan irigasi, banyak masyarakat petani di Kabupaten Penajam Paser Utara mengalihfungsikan lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Alih fungsi lahan pertanian tanaman padi tersebut karena desakan ekonomi keluarga yang harus dipenuhi masyarakat petani, jika menanam padi membutuhkan banyak air.
Masyarakat petani tidak bisa menanam padi sebab selama ini kesulitan mencari sumber air untuk irigasi atau mengairi lahan pertanian tanaman padi.