Samarinda (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Samarinda, memfasilitasi ekspor karet ke Cina sebanyak 201,6 ton dengan nilai Rp5,02 miliar.
Kepala Karantina Pertanian Samarinda, Agus Sugiyono kepada awak media di Samarinda, Jumat, menjelaskan berdasarkan data Karantina Pertanian Samarinda hingga Juli 2020 telah memfasilitasi ekspor karet lembaran sebanyak tiga kali pengiriman ke Rusia dua kali dan China satu kali dengan total 246,9 ton.
Jumlah ini meningkat jauh dibandingkan ekspor 2019 yang hanya 203 ton.
“Kita semua bersyukur bahwa situasi ekonomi dunia yang berjalan lambat ini tidak terlalu berpengaruh pada permintaan lembaran karet dari Kaltim. Malah ada kecenderungan meningkat”, ucap Agus Sugiyono, pada saat supervisi pemeriksaan karet lempengan.
Agus menambahkan ekspor karet lembaran tahun ini sudah mengalami peningkatan dan mulai menjajaki pasar-pasar negara luar baru.
Dia mengatakan dalam waktu dekat sudah ada permohonan pemeriksaan komoditas karet dalam jumlah yang cukup besar.
Berdasarkan data pada sistem perkarantinaan, IQfast pada semester pertama 2020 (Januari – Juni) , ekspor lembaran karet Indonesia meningkat dibandingkan awal semester 2019.
Semester pertama tahun ini telah mencapai 63.248 ton, sedangkan di tahun 2019 hanya mencapai 53.396 ton.
Karet lembaran Indonesia ini banyak di ekspor ke negara China, India, Taiwan, Lutvia, Rusia, Pakistan, Mesir, Kanada, Amerika, Malaysia, Korea Selatan.
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengapresiasi peningkatan ekspor komoditas pertanian sub sektor perkebunan ini. Di saat harga karet dunia mengalami kenaikan di bulan Juli ini, namun permintaan karet lembaran asal Kaltim tidak surut.
“Benar seperti yang dikatakan oleh Bapak Menteri Pertanian, bahwa Covid-19 ini berdampak baik untuk sektor pertanian. Di tengah keterpurukan berbagai sektor bisnis, sektor pertanian yang terus tumbuh selama pandemi Corona ini”, ujar Jamil.
Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, perekonomian Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan jika sektor pertaniannya terus dioptimalisasi. Nilai ekspor produk perkebunan, hortikultura, dan sebagainya baru tembus Rp 400 triliun. Ia mengajak pengusaha untuk menggenjotnya menjadi Rp1.000 triliun.