Samarinda (ANTARA) -
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) kini tengah melakukan penyusunan laporan untuk mendukung hilirisasi karet, yaitu pengolahan karet menjadi produk bernilai tambah, guna perluasan pasar ekspor.
“Dengan infrastruktur yang baik, logistik dan distribusi produk karet akan menjadi lebih efisien, menciptakan peluang pertumbuhan yang signifikan. Ini juga akan menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor tersebut,” tutur Kepala DPMPTSP Kaltim Puguh Harjanto di Samarinda, Kamis.
Menurutnya, untuk menunjang hal itu langkah penting yang ditekankan adalah percepatan pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, pelabuhan, dan listrik. Infrastruktur yang memadai akan menjadi landasan bagi pertumbuhan industri karet yang berkelanjutan.
Puguh membeber tantangan dan permasalahan dalam pengembangan industri hilirisasi karet di Kaltim. Seperti, masalah perizinan, kebijakan, dan pemeliharaan keselarasan dengan aspek lingkungan dan sosial merupakan hal-hal yang dihadapi.
“Oleh karena itu, kami harus bersinergi dengan semua pihak yang terkait untuk mengatasi permasalahan ini dan menghindari kendala yang dapat menghambat pertumbuhan sektor hilirisasi karet,” paparnya.
Ia menyebutkan investasi dalam hilirisasi karet memiliki potensi besar. Namun, untuk mencapai kesuksesan, diperlukan kerjasama yang erat antara berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah pusat dan daerah, asosiasi industri karet, akademisi, peneliti, dan pelaku usaha.
“Kami berharap dengan adanya kerjasama ini, kita bisa meningkatkan daya saing produk hilirisasi karet dari Kaltim di pasar global. Ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya..
Puguh menuturkan, pemerintah provinsi akan membangun industri karet olahan di kawasan industri Kariangau, Balikpapan. Industri tersebut akan memproduksi karet olahan dengan kapasitas 50 ton per hari atau setara 15.000 ton per tahun selama 300 hari kerja.
Ia menjelaskan, waktu pembangunan industri ini dari basic design sampai run test komersial dibutuhkan dua tahun. Rencananya, sumber bahan baku terdekat akan didatangkan dari Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara dengan luas lahan 2.000 hektare.
"Selain itu, sumber bahan baku lainnya yang sudah siap terdapat di Kabupaten Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Paser dan Kutai Timur," ujar Puguh.
Menurutnya total produksi karet di Kaltim mencapai 60.077 ton per tahun dan dianggap bisa memenuhi kebutuhan bahan baku sebesar 15.000 ton per tahun untuk kawasan industri crumb rubber di Kariangau.
Adapun total nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun industri tersebut sebesar Rp329 miliar. Untuk nilai pengeluaran yang dikeluarkan untuk membeli atau memperbarui aset tetap atau capital expenditure (capex) sebesar Rp341 miliar dan pengeluaran yang berkaitan dengan biaya operasional atau operational expenditure (opex) sebesar Rp146 miliar.
"Semoga industri karet olahan ini dapat meningkatkan nilai tambah karet lokal dan memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah dan kesejahteraan petani karet," ujar Puguh.