Tana Grogot (ANTARA) - Taifun No.19 berkekuatan 935 hPa yang menghantam sebagian wilayah di Jepang Sabtu (12/10) tidak hanya mngkhawatirkan warga Jepang, tapi juga warga Indonesia yang berada di Jepang.
Kepala Bappeda Kabupaten Paser, Muksin merupakan salah satu warga Indonesia yang sedang mengikuti Staff Enhancement (SE) yang dilaksanakan Bappenas di Tokyo, Jepang mengirimkan pesan bahwa dia juga sempat khawatir dengan adanya angin kencang yang juga dikenal dengan nama taifun hagibis itu.
Pasalnya dilaporkan sebelumya oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Jepang, bahwa taifun kali ini adalah yang paling dasyat dari yang terjadi sebelumnya.
Bahkan dipredikasi lebih berbahaya dibanding taifun yang terjadi pada tahun 1958 dimana pada saat itu ada sekitar 1.200 orang yang dinyatakan hilang dan meninggal dunia.
Angin Taifun merupakan peristiwa yang lumrah di Jepang, bahkan bisa terjadi empat sampai lima kali dalam setahun.
Namun Taifun kali ini dilaporkan yang paling dashyat. Dua wilayah yang paling terkena dampak adalah Kanto dan Tokai.
Taifun juga menimbulkan longsor dan banjir yang menenggelamkan banyak rumah dan mobil di beberapa wilayah di Jepang.
"Sempat khawatir, karena dilaporkan angin taifun juga akan melewati Tokyo, tapi sebagai orang yang beriman, saya serahkan semua kepada yang Maha Kuasa dan Alhamdulillah saya dan dua orang lainnya yang sedang mengikuti program SE serta warga Indonesia yang ada disini selamat dari bencana ini." Kata Muksin melalui pesan Whatsapp.
Menurut Muksin, angin taifun melewati Tokyo sekitar pukul 20.30 hingga pukul 22.00 waktu setempat tadi malam. Namun, tidak ada korban jiwa di Tokyo.
"Kota Tokyo sudah diguyur hujan disertai angin sejak subuh, pada malam hari sekitar pukul 8.30 terdengar suara gemuruh yang begitu kuat, seperti suara pesawat terbang dan itu terjadi terus menerus hingga sekitar pukul 10 malam. Disamping itu, bunyi sirine juga terdengar bersahut-sahutan di jalan raya," ungkapnya.
Namun demikian, lanjutnya, keadaan sudah normal kembali setelah jam 10 malam, dan pagi ini Minggu (13/10), matahari kembali bersinar terang dan warga Tokyo kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa.
Untuk menghindari terjadinya banyak korban jiwa, Pemerintah Jepang, kata Muksin, sudah mengantisipasi terjadinya taifun ini dengan mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman sebelum terjadinya bencana.
"Meski demikian korban jiwa tidak dapat dihindari, 2 orang dilaporkan tewas dan 9 lainnya dinyatakan hilang karena banjir dan tanah longsor serta 80 orang terluka setelah tertimpa reruntuhan rumahnya akibat taifun," jelas Muksin.
Dilaporkan sekitar 30.000 rumah dan bangunan rusak, 6 juta orang telah diminta mengungsi sebelum taifun terjadi dan penerbangan ditunda, 17.000 tentara dan polisi diterjunkan utk membantu evakuasi.