Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur menyatakan, perkembangan realisasi investasi yang masuk ke provinsi itu terus mengalami peningkatan sejak 2010 hingga pertengahan Februari 2012.
"Pada 2010 realisasi investasi yang masuk Kaltim senilai Rp17,88 triliun. Pada 2011 naik menjadi Rp28,32 triliun dan hingga pertengahan Februari 2012 rencana investasinya senilai Rp60 triliun," ucap Kepala BPPMD Provinsi Kaltim, M Yadi Sabianoor di Samarinda, Sabtu.
Untuk 2010, lanjut dia, realisasi investasi yang sebesar Rp17,88 triliun itu terbagi menjadi dua, yakni investasi berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp7,88 triliun dan dari Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp10 triliun.
Atas tingginya capaian investasi melalui PMDN itu, ujarnya, Kaltim berhasil menempati posisi tiga besar nasional setelah Jabar dan Jatim. Sedangkan untuk PMA, Kaltim berada di peringkat lima nasional setelah DKI Jakarta, Jatim, Jabar dan Banten.
Sedangkan investasi Kaltim selama 2011 sebesar Rp28,32 triliun dengan rincian investasi yang diperoleh melalui PMDN sebesar Rp16,21 triliun, dan investasi yang diperoleh melalui PMA senilai Rp12,22 triliun.
Ia menambahkan, untuk investasi pada Februari 2012 yang sudah terealisasi sebesar Rp60 triliun, diperoleh dari rencana investasi pengusaha asal Rusia yang segera membangun Rel Kereta Api Angkutan Batubara (RKAAB) mulai dari Kabupaten Kutai Barat hingga Balikpapan sepanjang 160 kilometer.
Sedangkan nilai investasi yang ditanamkan oleh investor Rusia dengan perusahaan bernama PT Kalimantan Rail itu senilai 1,8 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp16 triliun.
Investasi lainnya, ujarnya, adalah untuk pembangunan tangki penampungan bahan baku milik Pertamina di Lawe-Lawe Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Nilai yang ditanamkan untuk pembangunan ini, lanjut dia, sebesar 450 juta dolar AS atau setara Rp4 triliun, kemudian pembangunan pabrik amonium nitrat (bahan peledak) di Bontang dengan nilai investasi Rp4 triliun.
Selanjutnya, katanya, adalah pembangunan kawasan tanaman pangan atau food estate dan rice estate tahap pertama seluas 100 ribu hektare. Lahan seluas itu akan dikerjakan oleh BUMN dengan investasi Rp9 triliun.
"Ada pula pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang akan dilakukan oleh PT Djarum Group di Kutai Barat, Kutai Timur, Berau, dan Bulungan dengan total Rp23 triliun," katanya. (*)