"Berdasarkan angka tersebut, maka laju inflasi tahun kalender 2011 (Januari-November) di Kaltim mencapai 5,7 persen, sedangkan inflasi tahun ke tahun sebesar 6,52 persen," tutur Kepala BPS Kalimantan Timur (Kaltim) Johni Anwar di Samarinda, Kamis.
Dilanjutkan, deflasi terjadi lantaran adanya penurunan harga pada kelompok pengeluaran yang memiliki andil dominan, seperti bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar 0,80 persen.
Sedangkan kelompok komoditi lain justru mengalami inflasi, seperti kelompok sandang berinflasi 1,35 persen, kesehatan 0,22 persen, kelompok perumahan listrik, air, dan bahan bakar berinflasi 0,16 persen.
Untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau berinflasi 0,12 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga berinflasi 0,07 persen, serta kelompok transportasi dan komunikasi berinflasi 0,03 persen.
Jika dirinci menurut kota, lanjut Johni, maka hanya Kota Tarakan yang mengalami inflasi, yakni sebesar 0,85 persen. Sedangkan kota Balikpapan dan Samarinda mengalami deflasi, masing-masing adalah 0,30 dan 0,03 persen.
Dalam tiga tahun terakhir, kata dia lagi, inflasi yang terjadi di Kaltim mengalami fluktuasi. Misalnya pada periode Januari hingga November 2011 berinflasi 5,7 persen.
Kemudian periode Januari hingga November 2010 berinflasi sebesar 6,48 persen, dan pada periode yang sama di tahun 2009 berinflasi sebesar 3,80 persen.
Sedangkan secara nasional, di Indonesia terdapat 66 kota yang telah ditunjuk sebagai daerah yang menjadi patokan IHK. Dari jumlah itu, terdapat 50 kota yang mengalami inflasi, dan sisanya yang 16 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi pada November adalah Kota Mataram yang sebesar 1,25 persen, dan inflasi terendah terjadi di Pelembang yang sebesar 0,02 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang, yakni minus 1,19 persen, dan deflasi terendah terjadi di Samarinda yang minus 0,03 persen.(*)