Samarinda (Antaranews Kaltim) - Produksi industri pengolahan besar dan sedang triwulan II/2018 di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara secara tahunan dan triwulanan menurun, menggambarkan pertumbuhan ekonominya melambat.
"Untuk produksi industri manufaktur (pengolahan) besar dan sedang pada triwulan II/2018 melambat ditandai dengan penurunan sebesar 4,94 persen secara (y-on-y),"?ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Atqo Mardiyanto di Samarinda, Jumat.
Rinciannya adalah industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya naik sebesar 3,89 persen.
Kemudian untuk industri makanan turun hingga 6,33 persen, untuk industri bahan kimia dan aneka barang dari bahan kimia mengalami penurunan sebesar 8,64 persen.
Sedangkan untuk produksi industri pengolahan besar dan sedang pada triwulan II/2018 mengalami penurunan sebesar 6,62 persen (q-to-q), terdiri dari industri makanan mengalami kenaikan 1,54 persen.
Selanjutnya industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia turun 6,97 persen, untuk industri kayu, barang dari kayu, gabus (tidak termasuk furnitur), barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya terjadi penurunan mencapai 17,21 persen.
Untuk kategori industri pengolahan berskala besar hingga mikro, lanjut Atqo, bisa dilihat dari jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam pekerjaan tersebut, yakni untuk industri mikro dengan menyerap tenaga kerja 1-4 orang.
"Kemudian untuk kategori industri kecil dengan melibatkan tenaga kerja antara 5-19 orang, industri pengolahan sedang menyerap 20-99 tenaga kerja, dan industri pengolahan besar dengan menyerap tenaga kerja 100 orang atau lebih," ucap Atqo.
Ia mengatakan bahwa industri pengolahan besar dan sedang ini hampir merata ada di kabupaten/kota baik di Kaltim maupun di Kaltara dengan karakteristik masing-masing daerah, misalnya di Kota Bontang dengan industri kimia, Balikpapan dengan pengolahan bahan dari kimia.
Kemudian di Kota Samarinda yang condong pada industri makanan, kemudian sejumlah kabupaten dan kota lain yang lebih cenderung pada industri kayu, barang dari kayu, maupun rotan. (*)