Samarinda (Antaranews Kaltim) - Kondisi Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, kini sangat mengkhawatirkan, yang ditandai dengan hilangnya garis sempadan dan riparian atau tumbuhan di kanan kiri sungai, pemerhati lingkungan Yustinus Sapto Harjanto.
"Selain permasalahan garis sempadan dan riparian, terdapat tiga masalah yang mudah dilihat oleh publik terkait kerusakan SKM (Sungai Karang Mumus) yang parah ini," ujar Koordinator Umum Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM Yustinus Sapto Harjanto di Samarinda, Selasa.
Ia menjelaskan, tiga masalah tersebut adalah pertama, air sungai terlalu banyak jika musim hujan karena tingginya limpasan air hujan (run off), yakni air hujan sebagian besar menjadi air permukaan akibat tidak terserap oleh tanah sehingga masuk ke SKM.
SKM tidak mampu menampung air hujan karena telah kehilangan rawa atau kolam retensi di kanan kirinya sehingga daya tampungnya berkurang, termasuk akibat pendangkalan dan penyempitan ruang sungai.
Kedua, lanjutnya, pada musim kemarau air di SKM terlalu sedikit dan justru seperti selokan, nyaris tidak layak disebut sungai karena aliran airnya memang mirip parit.
"Hal ini terjadi karena SKM kehilangan pasokan air akibat hilangnya mata air di daerah aliran sungainya, terutama di bagian hulu dan tengah," tambahnya.
Masalah ketiga adalah kondisi SKM sehari-hari terlalu kotor dipenuhi sampah dan limbah. Bahkan di beberapa titik, airnya bukan hanya keruh, melainkan juga menghitam dan berbau menyengat sehingga mereka yang tidak biasa jika menyentuhnya akan merasa gatal.
"Atas semua masalah terkait dengan air itu, maka SKM kerap menjadi tertuduh utama sebagai penyebab ketidakelokan dan ketidaknyamanan di Kota Samarinda," kata Yus.
Baca juga: Tiga titik Sungai Karang Mumus kondisinya kritis
Menurut ia, SKM dulunya merupakan aset vital yang sangat dihargai oleh semua lapisan masyarakat, sehingga sungai ini dijadikan arah hadap dan dirawat, namun belakangan justru menjadi kiblat untuk buang hajat.
Sampai kini, SKM merupakan salah satu pemasok utama sumber air baku untuk kebutuhan air bersih bagi sebagian warga Samarinda, yakni perusahaan air minum masih mengandalkan SKM untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga di Kecamatan Samarinda Utara dan Kecamatan Sungai Pinang.
Air sungainya juga masih dimanfaatkan secara langsung oleh warga di sekitar sungai, baik untuk kebutuhan domestik (MCK) maupun kebutuhan produktif untuk berbagai usaha seperti pengolahan tahu, tempe, dan pemotongan unggas.
"Sejak zaman kemerdekaan, terjadi transformasi arah hadap dari ekonomi berbasis sungai menjadi ekonomi jalan raya. Jalan-jalan utama dibangun berdekatan dengan sungai, bahkan mengikuti alur sungai. Kodisi inilah yang menyebabkan SKM jadi kiblat buang hajat dan dijadikan tempat sampah," tuturnya. (*)
Baca juga: GMSS-SKM berhasil bibitkan 15 spesies tanaman langka