Jakarta (ANTARA News) - Holding Pupuk Indonesia meminta pemerintah menurunkan harga gas bagi industri pupuk nasional pada kisaran 3 dolar AS per dolar AS per million British Thermal Units (MMBTU) agar mendekati harga gas internasional.
"Saat ini harga gas masih relatif tinggi pada kisaran 6,2 - 6,3 dolar AS per MMBTU. Ini sangat memberatkan ongkos produksi pabrik pupuk," kata Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat, di sela bincang santai dengan media di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin.
Menurut Aas, harga pupuk di sejumlah negara berkisar 1-3 dolar AS per MMBTU, dengan harga internasional saat ini berkisar 200 dolar AS per ton.
"Produsen pupuk di luar negeri tidak membuat mereka rugi jika harga pupuk turun, namun bagi Pupuk Indonesia sangat berat karena biaya operasi yang masih tinggi akibat belum turunya harga gas," ujarnya.
Untuk itu, kata Aas, Pupuk Indonesia akan sulit bersaing apalagi sejumlah pabrik pupuk miliknya sudah berusia tua.
"Gas itu 70 persen komponen dalam struktur biaya, kalau gas tinggi biaya subsidi juga akan tinggi," tegasnya.
Meski mengusulkan penurunan harga gas, namun Aas mengaku pihaknya terus berupaya untuk mengoperasikan pabrik sebaik-baiknya agar lebih efisien.
"Kita mengusahakan pabrik bisa berproduksi sesuai kapasitas terpasang, termasuk mengganti bahan bakar pabrik dari gas ke batubara," ujarnya.
Ia menambahkan Pupuk Indonesia juga melakukan revitalisasi pabrik yang sudah tua seperti di Pupuk Kalimantan dan Kujang maupun membangun pabrik baru dengan teknologi yang penggunaan energi lebih efisien.
Sementara itu Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan dari 14 pabrik Pupuk Indonesia, 10 pabrik diantaranya mendapat pasokan gas dari Pertamina dan 4 pabrik dipasok perusahaan gas swasta.
"Dengan harga gas seperti saat ini (sekitar 6 dolar AS per MMBTU), tidak ekonomis. Gas itu take or pay dimana dalam kontraknya digunakan atau tidak harus dibayar yang kontraknya rata-rata berakhir pada 2017," ujar Wahyu.
Pupuk Indonesia pada 2017 total produksi mencapai 11,2 juta ton, terdiri atas pupuk urea sekitar 7 juta ton, NPK 3 juta ton, ZA 790.000 ton. (*)