Balikpapan (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Mahyudin menyoroti praktik
politik berbiaya tinggi dalam pelaksanaan Pemilu Legislatif maupun
Pemilihan Kepala Daerah, yang menurut dia membuat korupsi tidak pernah
selesai.
"Ketika Pemilu Legislatif ada calon yang menghabiskan dana Rp14
miliar hingga Rp25 miliar, kalau demokrasi mahal maka korupsi tidak
pernah selesai," kata Mahyudin dalam acara sosialisasi Empat Pilar MPR
di SMA Negeri 5 Balikpapan, Jumat.
Praktik politik berbiaya
tinggi, menurut dia, masih dijalankan karena politisi berusaha
mempengaruhi warga yang belum sejahtera dengan tingkat pendidikan kurang
memadai menggunakan politik uang.
"Harapan dilaksanakannya pemilu adalah rakyat bisa memilih pemimpin
yang bisa perjuangkan cita-cita bangsa namun karena masyarakat belum
sejahtera dan pendidikan kurang bagus maka pemilu masih diwarnai politik
uang," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu berpendapat kalau politik berbiaya tinggi
terjadi dalam tiap pemilu dan pilkada, maka calon legislatif dan kepala
daerah terpilih akan berusaha mengembalikan modal politik yang sudah
dikeluarkannya.
Mereka akan berpikir mengembalikan dana yang
sudah dikeluarkannya untuk politik uang dengan barbagai cara, termasuk
dengan korupsi.
"Mereka berpikir bagaimana mengembalikan dana yang dikeluarkannya
ketika pemilu sehingga tidak heran banyak kepala daerah, anggota DPR,
dan anggota DPRD yang ditangkap KPK," katanya.
Ia mengatakan
praktik politik berbiaya tinggi harus segera dihentikan karena tidak
baik bagi sistem demokrasi yang sedang dikuatkan.
Selain itu, ia menambahkan, banyaknya anggota DPR yang terjerat
kasus korupsi membuat citra lembaga negatif dan berdampak pada anggota
lain yang tidak ikut korupsi. (*)
MPR Soroti Politik Biaya Tinggi dalam Pemilu
Jumat, 25 Agustus 2017 14:42 WIB