"Saat ini kita sudah memiliki tiga posko pangkal pungut sampah SKM. Setelah lebaran nanti juga akan berdiri posko baru di Benanga. Semoga dengan bertambahnya posko bisa mendidik dan menyadarkan orang tidak membuang sampah ke sungai," ujar Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM Samarinda, Misman di Samarinda, Jumat.
Hal itu dikatakan Misman saat mendampingi Komunitas Jelajah
Samarinda memungut sampah di SKM pada posko Jembatan Baru, sambil menunggu buka
puasa bersama di tepi sungai tersebut.
Tiga Posko GMSS-SKM yang sudah ada itu adalah satu merupakan posko utama di Jalan Abdul Mutholib dekat Jembatan Kehewanan, kemudian posko di Jalan Tarmidi di bawah Jembatan Lambung Mangkurat yang merupakan Posko GMSS-SKM Cabang I.
Posko Cabang I ini dikoordinir Komunitas Bondo Nekat (Bonek) 1927 Borneo yang sebagian besar anggotanya merupakan kelompok perantau dari Jawa Timur. Di pangkalan Cabang I ini dikoordinir oleh Amang Yulianto.
Sedangkan posko ketiga adalah GMSS-SKM Cabang II yang juga berdiri di Jalan Tarmidi dengan titik pungut Jembatan Baru. Posko ini dikoordinir oleh Komunitas Jelajah, sebuah perkumpulan warga pecinta budaya dan lingkungan.
Di Posko GMSS-SKM Cabang II ini dengan penanggungjawab Syamsir Bahri, salah seorong anggota Jelajah yang sebelumnya sering membantu GMSS-SKM memungut sampah, namun kemudian terdorong membuat posko cabang untuk turut merawat sungai.
Di posko yang dikoordinator Jelajah ini merupakan posko paling unik ketimbang dua posko lainnya, karena keberadaan posko ini diapit deretan kios penjual makanan dan minuman yang tidak ramah lingkungan.
Para pemilik kios tidak ramah lingkungan karena sampah bekas jualan mereka dibuang ke SKM, mengingat kios mereka persis di sepanjang turap SKM sehingga sampahnya dilempar ke sungai. Budaya membuang sampah ke sungai memang sudah lama terjadi di Samarinda.
Bahkan hasil buangan pemilik kios ke tepi SKM Jumat sore ini, langsung dipungut oleh beberapa anggota Jelajah dengan tanpa menegur orang yang membuang sampah, karena mereka yakin cara itu juga merupakan sindiran sekaligus pendidikan agar ke depan penjual tidak membuang sampah ke SKM.
"Inilah yang kami lakukan, kami tidak tegur orang yang membuang sampah, tapi kami langsung mengambil sampah yang dibuang. Mereka punya perasaan, jadi saya yakin dengan apa yang kami lakukan ini, mereka pasti merasa tidak enak," kata Misman. *