Jakarta (ANTARA News) - Louis van Gaal dipecat sebagai manajer
Manchester United beberapa jam lalu untuk segera digantikan oleh Jose
Mourinho yang akan diumumkan Selasa ini.
Tahukah Anda apa
kesalahan pelatih asal Belanda itu di mata Manchester United? Berikut
tujuh dosa Louis van Gaal versi Sky Sports, Inggris, yang berujung
kepada pemecatannya.
1. Salah transfer pemain
United
mengeluarkan dana luar biasa besar 250 juta pound (Rp4,89 triliun)
setelah menunjuk Van Gaal sebagai manajer, dengan mendatangkan beberapa
pemain mahal. Investasi sebesar itu menuntut penaksiran kembali
ekspektasi di Old Trafford setelah masa merana 2013/2014 di bawah David
Moyes, namun Van Gaal justru tidak mampu memadukan dan meracik pada
pemain mahal itu.
Sebaliknya dari 13 pemain baru yang direkrut Van
Gaal, hanya Luke Shaw (ketika bugar) dan Anthony Martial yang selalu
menjadi starter, sedangankan para pemain baru seperti Ander Herrera,
Morgan Schneiderlin, Marcos Rojo dan Memphis Depay malah keluar masuk
tim padahal harga mereka tinggi sekali.
Yang paling mengecewakan
adalah dilepasnya Angel Di Maria. United mendapatkan 15,4 juta pound
(Rp293 miliar) ketika melepas pemain Argentina itu untuk bergabung
dengan Paris Saint-Germain setahun setelah digaet dari Real Madrid pada
harga 59,7 juta pound. Kini Di Maria malah bersinar di PSG dan dia bukan
satu-satunya pemain eks United yang justru lebih bersinar setelah
meninggalkan Old Trafford.
Tim serangan United yang mandul justru
berbalikkan dengan sukses mengesankan Javier Hernandez di Bayer
Leverkusen di mana dia mencetak 26 gol dari 40 kali bermain, sedangkan
kepergian Darren Fletcher, Jonny Evans, Patrice Evra, Rafael, Danny
Welbeck, James Wilson dan Nani telah menyisakan bolong-bolong pada
posisi-posisi kunci di lapangan United.
2. Salah posisikan Wayne Rooney
Wayne
Rooney memang mencetak gol pada pertandingan terakhir Louis Van Gaal di
Liga Utama Inggris, namun performa gol yang buruk dari kapten
Manchester United pada musim 2015/2016 adalah faktor besar yang membuat
tim kepayahan selama musim itu.
Kendati Rooney hanya mencetak dua
gol sebelum pergantian tahun, Van Gaal tetap saja menunjuk dia sebagai
ujung tombak pada saat si striker mahal Anthony Martial bermain lebih
melebar.
"Mereka menginginkan pemain yang bisa mencetak gol," kata
komentator Sky Sports yang juga legenda Arsenal Thierry Henry. "Mereka
menginginkan orang yang berlari cepat di belakang. (Martial) masuk dan
melakukan itu. Tiba-tiba dia kini mendapati dirinya di luar itu, nyaris
tidak menyentuh bola."
"Andai saya memiliki pemain seperti itu, saya akan memilihnya pada posisi nomor 9 dan para pemain lainnya mengawal dia."
Cedera yang menimpa Rooney dan Martial akhirnya mengantarkan si remaja 18 tahun Marcus Rashford masuk tim pertama.
Kendati
Rashford kembali membuat Martial menempati posisi melebar ketika dia
bugar kembali, lulusan akedemi muda United itu justru berhasil menutup
kemandulan United di depan gawang yang hanya mencetak delapan gol pada
18 pertandingan.
Lalu, demi mengakomodasi Rooney dalam Starting Eleven, Van Gaal menggeser pemain berusia 30 tahun itu ke lapangan tengah di mana dia justru bersinar pada posisi itu.
United
mencetak 10 poin dari 15 kali pertandingan dengan menempatkan Rooney
pada posisi itu, termasuk saat menjuarai Piala FA. Van Gaal mungkin
menyesal tidak memberi peran seperti itu kepada Rooney jauh-jauh hari.
3. Salah seleksi tim
Kengototan Van Gaal memosisikan Rooney adalah salah satu dari banyak keputusan membingungkan saat seleksi tim. Line-up dia secara menjengkelkan tidak konsisten dan kerap sulit menarik logika di balik pilihan-pilihan Van Gaal.
Van
Gaal terlihat tidak pernah yakin pada susunan tim terbaiknya sampai
pertandingan terakhirnya. Juan Mata dan Martial sering bermain di luar
posisi seharusnya, sedangkan para pemain seperti Herrera dan
Schneiderlin sering dibangkucadangkan atau sama sekali tidak dipakai.
4. Gonta ganti 33 pemain
Man Utd memasang 33 pemain berbeda pada Liga Utama Inggris musim 2015/2016, hanya kalah satu pemain dari Liverpool (34).
Pada
laga vital Liga Champions melawan Wolfsburg, pemain baru si remaja
Cameron Borthwick-Jackson malah ditaruh di bek kiri di belakang Ashley
Young, salah satu pemain terbaik Van Gaal musim lalu.
Ketidakberpengalaman timnya dalam mencetak gol malam itu, justru dijawab
van Gaal dengan memasukkan Nick Powell yang sama sekali tidak pernah
bermain sejak Agustus tahun lalu.
Young sendiri ditempatkan di bek kiri, sayap kiri, bek kanan, sayap kanan dan striker selama musim 2015/2016.
Perlakuan
Van Gaal kepada Adnan Januzaj juga aneh. Kendati menjadi starter dalam
empat laga berturut-turut United Agustus tahun lalu, pemain usia 20
tahun itu malah dibiarkan hengkang sebagai pemain pinjaman ke Borussia
Dortmund beberapa saat sebelum jendela transfer ditutup. Setelah
bergabung kembali ke United Januari silam, Januzaj hanya beberapa kali
tampil sebagai pemain pengganti.
5. Gaya bermain
Gaya
bermain muluk-muluk United pada era Van Gaal telah menjadi bahan
perdebatan besar di kalangan penggemar yang sering terlihat frustasi
dengan acap berteriak "serang, serang, serang" di Old Trafford.
Kesetiaan
Van Gaal kepada "penguasaan bola" memang membuat mereka menjadi tim
dengan rata-rata penguasaan bola tertinggi di Liga Utama Inggris, namun
United juga terjerembab pada rekor mencetak gol paling sedikit pada
musim ini dengan 49 kali mencetak gol. Hanya Watford, Aston Villa dan
West Brom yang menciptakan peluang gol yang kurang sedikit dari MU.
6. Tumpul di depan gawang
Manchester United hanya 49 kali mencetak gol pada musim ini atau catatan gol paling rendah dalam sejarah klub ini.
Penampilan
di kandang kerap buruk di mana United menciptakan gol yang paling
sedikit selama berkiprah di Liga Utama. Pertandingan seri tanpa gol
melawan City Oktober tahun ini adalah yang pertama kali sejak musim
2003/2004 mereka tidak menciptakan peluang menyasar target (on target)
pada sebuah babak pertama Liga Utama. Dan saat melawan West Ham Mei
lalu, pada pertandingan yang secara realistis seharusnya dimenangkan
United untuk finis pada urutan empat, United hanya melepaskan dua
tendangan mengarah gawang selama 90 menit pertandingan.
Penampilan
statis dan tidak imajinatif adalah sulit diterima oleh pendukung yang
sudah terbiasa dengan gaya menyerang United yang dipraktikkan selama era
Sir Alex Ferguson.
Setelah membelanjakan seperempat miliar pound
untuk membeli pemain baru, paling tidak yang bisa diharapkan dari Van
Gaal adalah penampilan yang menghibur dan ini pun tak dihadirkannya.
7. Bicara transisi
Van
Gaal tidak membuat situasi lebih baik dengan berkomentar dalam berbagai
jumpa pers dan wawancara, khususnya saat dia merujuk kejayaan United,
"Mereka bilang sebuah klub seperti Manchester United harus menang. Itu
masa lalu," kata dia Desember tahun silam.
Setelah pertandingan
terakhir liga memastikan United finis pada urutan lima, Van Gaal
menyampaikan sebuah pesan kepada penggemar United yang kemudian
mengejeknya, "Mereka berharap banyak tetapi saya kira harapan itu
terlalu banyak, dan kami adalah tim dalam transisi."
Setelah
kepensiunan mengejutkan Ferguson mengantarkan United melewati musim
paling buruk dalam Liga Utama, Van Gaal sedari awal sudah mengatakan
akan menempuh proses pembangunan kembali tim secara perlahan. Namun, dua
tahun sudah berlalu, setelah hanya dua poin lebih banyak ketimbang era
Moyes dan Ryan Giggs pada musim 2012/2013, kesabaran pendukung United
sudah habis.
Setelah berbelanja banyak sekali di pasar transfer,
United seharusnya tampil lebih baik lagi dan manajer mereka mesti
memiliki target lebih tinggi lagi. (*)
Tujuh 'Dosa' Louis van Gaal di Manchester United
Selasa, 24 Mei 2016 11:53 WIB