Samarinda (ANTARA Kaltim) - Dinas Tenaga Kerja kota Samarinda (Disnaker) Juli tahun ini akan menjalankan program pelatihan dan pemagangan berbasis kompetensi agar tidak tergilas dengan bergulirnya "ASEAN-China Free Trade Agreement" (ACFTA) 2010, khususnya pada bidang ketenagakerjaan.
"Pelatihan ini berbasis kompetensi dan pemagangan ini sebagai bentuk upaya Samarinda dalam mempersiapkan tenaga kerja yang mampu bersaing di era perdagangan bebas kawasan ASEAN-China atau ACFTA 2010,†kata Kabid Bidang Pelatihan dan Produktivitas (Disnaker) Samarinda Sugiyanto di Samarinda, Selasa.
Ia menambahkan program itu mengantisipasi berjalannya komitmen dari negara-negara ASEAN untuk mengimplementasikan perdagangan bebas dengan China.
"Pelatihan berbasis masyarakat didesain pada penyesuaian bakat dan minat, termasuk disesuaikan dengan kondisi sumber daya alam pada daerah setempat," katanya.
Program itu bertujuan agar saat investor masuk ke Samarinda untuk menggarap potensi ekonomi daerah setempat, juga bisa mendapatkan tenaga kerja yang diinginkan.
Tahap awal, pihaknya akan melakukan pelatihan berbasis kompetensi terhadap sekitar 200 orang. Syarat utama bagi peserta adalah belum mempunyai latar belakang ketrampilan khusus.
"Mengapa ada syarat khusus seperti itu karena program ini ditujukan bagi para pencari kerja yang tidak punya keahlian dan ketrampilan. Hal itu berdasarkan kenyataan bahwa perusahaan lebih mengutamakan orang yang sudah memiliki keahlian," imbuh dia.
Secara teknis peserta yang akan dilatih untuk tahap awal akan dilibatkan dalam forum komunikasi jaring pemagangan.
Program pelatihan itu meliputi bidang otomotif, perhotelan, las listrik dan tata boga.
Kegiatan pelatihan dijadwalkan pada Juli 2010 selama enam bulan sampai satu tahun.
Program pemagangan mengutamakan praktik lapangan, yakni mencapai 75 persen sedangkan sisanya untuk materi teori.
Sesuai komitmen enam negara ASEAN utama (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) akan menambah 7.881 jenis tarif yang diturunkan menjadi nol, artinya total jumlah pos tarif masuk dalam tarif preferensi efektif untuk perdagangan bebas ASEAN menjadi 54.457 atau 99,11 persen dari seluruh jenis tarif perdagangan.
Konsekuensinya, rata-rata tarif berlaku pada antara enam negara itu akan turun dari 0,79 persen pada 2009 menjadi 0,05 persen pada 2010.
Di sisi lain, secara bersamaan, pihak ASEAN menyepakati untuk meliberalisasikan perdagangannya dengan China sehingga tarif impor antara China dan negara-negara ASEAN akan turun dengan amat signifikan.
Dominasi China di pasar dunia itu menyebabkan berbagai negara termasuk Indonesia khawatir membawa dampak merugikan dari perjanjian perdagangan bebas dengan China, tercermin dari usulan beberapa negara untuk menunda implementasi perjanjian perdagangan bebas tersebut.