Tenggarong (ANTARA Kaltim) - Jembatan Kartanegara yang hingga kini pembangunan terus berjalan diproyeksikan mampu menahan beban hingga seberat 14.580 ton.
"Kami optimistis Jembatan Kartanegara sebagai pengganti jembatan yang ambruk pada 2011 lalu konstruksinya sangat kokoh," kata Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kutai Kartanegara, Budi Harsono di Tenggarong, Rabu.
Ia menjelaskan pada setiap sisinya "tie beam" atau lantai jembatan tersebut ditopang 27 kawat penggantung baja, sehingga keseluruhan kabel baja berjumlah 54 buah. Setiap kabel baja berkekuatan beban 270 ton dan setelah diuji mampu menahan beban hingga lebih dari 308 ton.
"Berarti, jika 54 kabel jembatan itu dikalikan 270 ton, hasilnya mampu menahan beban hingga 14.580 ton," kata Budi Harsono.
Sedangkan beban "main span" atau bentang utama beratnya 2.200 ton, ditambah berat trotoar 1.522,8 ton, sehingga total berat Jembatan Kartanegara mencapai 3.722,8 ton.
"Hitung-hitungan tersebut menunjukkan Jembatan Kartanegara akan berdiri kokoh dan aman," tambahnya.
Budi Harsono yang juga selaku Pejabat Pembuat Komitemen (PPK) Jembatan Kartanegara menambahkan pengerjaan jembatan dilakukan dengan sangat hati-hati dan serius sesuai perencanaan, termasuk faktor keamanannya.
Pembangunan jembatan dengan tipe "Continious Arch Bridge" itu juga melibatkan tim ahli atau teknis yang terdiri dari beberapa profesor, yang merupakan para ahli yang berasal dari perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.
Tim ahli tersebut didampingi pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Tim teknis tersebut merupakan para ahli konstruksi dan pondasi serta pakar Standar Nasional Indonesia. Mereka memantau untuk memastikan pembangunan jembatan sesuai desain perencanaan, sehingga dapat menghasilkan jembatan yang aman dan tentunya kokoh," ungkap Budi Harsono.
Mengenai model jembatan tanpa tiang penyangga di tengah, Budi Harsono menjelaskan bahwa tipe "Continious Arch Bridge" dengan perhitungan berat tersebut, jembatan pengganti "golden gate" tersebut tetap aman dan kokoh.
Bahkan, tambahnya, jika menggunakan tiang tengah jembatan akan lebih rawan terjadi kerusakan karena terancam ditabrak kapal yang melintas Sungai Mahakam.
"Alur sungai yang melintasi Tenggarong merupakan alur utama antara wilayah hulu dan muara Mahakam, sehingga lalu lintasnya padat. Jadi, penggunaan tiang tengah pada jembatan akan lebih rawan terjadi kerusakan," ujarnya.
Pembangunan Jembatan Kartanegara sebagai pengganti jembatan yang ambruk pada 26 November 2011, mulai dikerjakan pada 10 April 2013 yang dicanangkan Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak.
Adapun tipe jembatan yakni "Continious Arch Bridge" dengan rangka baja memiliki panjang keseluruhan 710 meter, lebar 10,45 meter dan lebar lajur lalu lintas 7 meter.
Untuk tipe pondasi tiang pancang yakni menggunakan "steel pipe" atau tiang pancang baja.
Jembatan ini nantinya terbentang setinggi 17,5 meter di atas permukaan air Sungai Mahakam saat pasang tertinggi, dengan lokasi pembangunan tepat pada bekas jembatan yang ambruk pada 2011. (*)