Samarinda (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (BI Kaltim) menyatakan, sektor jasa keuangan di provinsi ini tetap stabil di tengah situasi global, antara lain harga minyak mentah dunia menurun pada Desember 2024 akibat perlambatan perekonomian global.
"Di tengah kondisi perekonomian global dan nasional yang penuh tantangan, sistem keuangan Kaltim tetap kondusif, tercermin dari sektor perbankan dan NPL (pinjaman bermasalah) tetap terjaga di angka 1,65 persen, lantas tren NPL menurun hingga 1,08 persen," ujar Kepala BI Kaltim Budi Widihartanto di Samarinda, Selasa.
Ketika perekonomian global mengalami perlambatan, maka secara nasional juga terdampak karena Indonesia masih melakukan ekspor dan impor, terlebih Kaltim yang masih mengandalkan ekspor hasil tambang sebagai pendongkrak ekonomi daerah.
Ia mengatakan bahwa kondisi global kini masih diwarnai ketidakpastian akibat arah kebijakan negara maju, khususnya Amerika Serikat sehingga hal ini berpengaruh pada kondisi aliran modal dan ekspor impor Indonesia, maka hal ini pun menjadi perhatian pihaknya.
Selain sektor perbankan dan NPL yang terjaga sepanjang 2024, lanjut Budi, kredit perbankan di Kaltim pun mengalami pertumbuhan, yakni tumbuh sebesar 8,57 persen (yoy) pada Desember 2024.
Jika dilihat dari lima sektor utama penyaluran kredit perbankan di Kaltim berdasarkan lokasi bank, maka peralatan rumah tangga menyerap kredit sebesar 21,15 persen, sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan sebesar 15,22 persen.
Kemudian sektor perdagangan besar dan eceran menyerap kredit sebesar 14,54 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,84 persen, serta sektor pemilikan rumah tinggal sebesar 9,11 persen.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan lokasi proyek, maka sektor pertambangan dan penggalian menyerap kredit sebesar 21,55 persen, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan menyerap 18,41 persen.
"Lantas sektor pemilikan peralatan rumah tangga sebesar 10,96 persen, perdagangan besar dan eceran sebesar 10,69 persen, industri pengolahan 8,46 persen, serta sektor konstruksi dengan serapan 6,18 persen," katanya.