Samarinda (ANTARA) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Timur menyebutkan inflasi sebesar 1,75 persen (yoy) di provinsi ini pada Oktober 2024, masih masuk dalam rentang target inflasi nasional yang sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen.
Terkendalinya inflasi di Kaltim berkat berbagai upaya yang dilakukan pemda melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), untuk mengendalikan inflasi, yakni gerakan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se- Kaltim.
"TPID Provinsi Kaltim terus berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam menjalankan program pengendalian inflasi melalui strategi 4K," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Kaltim Budi Widihartanto di Samarinda, Sabtu.
Strategi 4K merupakan langkah pengendalian inflasi dengan memperhatikan empat faktor, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif dengan berbagai pihak terkait.
Langkah lainnya adalah mendorong strategi yang mendukung peningkatan kesejahteraan petani, seperti mekanisasi pertanian, bantuan pupuk, dan bantuan sarana maupun prasarana pertanian kepada kelompok tani.
“Upaya untuk menjaga keterjangkauan harga juga dilakukan monitoring dan stabilisasi untuk sejumlah komoditas tertentu yang berpotensi sebagai penyumbang inflasi,” kata Budi.
Sedangkan untuk kelancaran distribusi,TPID terus mendorong peningkatan kualitas konektivitas antar-daerah dan jalan tani pada sentra-sentra pangan yang tersebar di kabupaten/kota.
Sebagai penguatan komunikasi efektif, katanya, TPID se-Kaltim juga melakukan rapat koordinasi untuk mengambil langkah konkret, kemudian menyosialisasikan diversifikasi pangan untuk mendukung penguatan ketahanan pangan.
Adapun inflasi Kaltim yang sebesar 1,75 persen secara tahunan (yoy) pada Oktober tersebut, katanya, disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau.
Di sisi lain, pergerakan indeks harga konsumen (IHK) Kaltim pada Oktober, mengalami deflasi 0,16 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi.
Kondisi ini disebabkan oleh melimpahnya pasokan pangan, khususnya sayur mayur di wilayah Kaltim, diikuti dengan penurunan harga BBM serta normalisasi permintaan komoditas, setelah adanya beberapa gelaran nasional di Kaltim.
“Deflasi Kaltim periode Oktober 2024 utamanya disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi sebesar 0,24 persen (mtm),” katanya.
Deflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh komoditas kangkung, ikan layang, bayam, cabai rawit, sawi hijau, dan beras, seiring dengan masuknya periode panen di beberapa wilayah sentra pangan.