Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Teroris suatu kata yang bila didengar menakutkan dan mendebarkan jantung, dimana adanya kelompok tertentu yang kerap menyalahgunakan dengan mengatasnamakan agama.
Dengan dalil jihad yang mengatasnamakan Tuhan kerap menggunakan kekerasan, hingga sampai jatuh korban jiwa, mereka yang tak berdosa dan tidak mengetahui apa-apa.
Novel fiksi berjudul Demi Allah, Aku Jadi Teroris yang ditulis oleh Damien Dematra menceritakan bagaimana seorang wanita bernama Kemala tokoh utama dalam novel tersebut adalah seorang mahasiswi kedokteran tingkat dua yang mencari jati dirinya sampai akhirnya terseret dalam kelompok teroris untuk melakukan bom bunuh diri atau dijadikan "pengantin".
Sedangkan tokoh utama lain adalah Prakasa seorang anggota polisi dari Detasemen Anti Teror yang berkarakter dingin, akhirnya hatinya luluh oleh Kemala. Dimana keduanya memiliki latar belakang yang berbeda namun cintalah yang menyatukan.
Proses perekrutan dan memberikan doktrin seseorang untuk menjadi anggota teroris diceritakan Damien secara gamblang. Dari mulai pencucian otak dengan memberikan paham tertentu, hingga seseorang dipersiapkan menjadi "pengantin" untuk melakukan bom bunuh diri.
Penulis juga menceritakan kisah cinta, yang harus dilalui oleh seorang anggota polisi dengan teroris. Dimana dengan kekuatan cintalah dapat menghapuskan kebencian dan kesesatan.
Buku yang banyak memberikan pesan moral, agar jangan salah dalam mencari teman dalam pergaulan dengan tebal 237 halaman yang diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama pada cetakan kedua tahun 2010.
Banyak testimoni diberikan oleh beberapa tokoh terkenal ada dalam buku ini. Diantaranya Guru Bangsa dan penerima Ramon Magsaysay Award, Ahmad Syafii Maarif menuliskan bahwa pesan moral yang hendak disampaikan dalam novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris adalah agar Tuhan tidak dibajak untuk membenarkan tindakan keji dan biadab. Agama dalam hal ini, Islam adalah agama perdamaian dan kemanusiaan, sekali pun oleh sekelompok kecil pemeluknya telah disalahgunakan.
Sedangkan mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abas dalam testimoni nya menyatakan novel tersebut merupakan cerita yang menarik untuk kalangan remaja untuk mencari jati diri Islami dan kisah yang menjadi pelajaran dalam menghindari kesesatan paham yang hanya didasari oleh semangat dan amarah yang tidak terkendali. Kemudian kesadaran yang muncul dari diri sendiri dan kecintaan yang murni dari lubuk hati yang dalam terhadap Islam, membawa perubahan yang positif.
Penulis pada cerita awalnya menceritakan sebuah kafe Bistro Americana di Jakarta pada tahun 2010, dimana suasana romantis dengan lampu-lampu kecil. Dimana seorang wanita misterius menggunakan sebuah cadar di sudut ruangan kafe untuk melaksanakan tugasnya sebagai "pengantin".
Wanita misterius tersebut tidak lain adalah Kemala dengan nama samaran Kassandra yang memiliki profesi sebagai penari perut dalam tugasnya menyamar untuk melakukan aksi pengeboman di kafe tersebut.
Pergolakan hati
Pergolakan di hati Kemala yang akan menjalankan tugas sangat berbahaya untuk pertama dan terakhir kali dilakukannya. Pergolakan di hati Kemala yang silih berganti dalam keraguannya. "Tenang, Kemala. Ini hanya karena engkau belum pernah mati. Mati itu mudah. Kau melakukannya untuk Allah. Kemala meyakinkan dirinya dengan berkata berulang-ulang.
Damien menuliskan bagaimana Ustadz Amir tokoh lain dalam novel tersebut memberikan ceramah "cuci otak" dengan menggunakan ayat-ayat suci kepada anak-anak muda yang ikut dalam pengajiannya. Mereka adalah murid baru di pengajian tersebut yakni Kemala, Rafa, Purbani, Nimas, Anita, Aminah dan Basimah. Di novel ini diperlihatkan bagaimana Ustadz Amir sangat berhati-hati dalam menerima anggota dengan memastikan apakah anggota baru tersebut tidak memiliki keluarga anggota polisi atau tentara.
Serta membagi-bagi para pengikut pengajiannya ke dalam beberapa kelompok, selanjutnya dilakukan ijab kabul atau dibaiat sebagai tanda resmi masuk dalam anggota kelompok. Dengan memberikan sejumlah uang sebagai administrasi mahar kepada pimpinan kelompok.
Berbagai cara digunakan anggota pengajian tersebut seperti Kemala dan Basimah menjajakan diri di pinggir jalan di tempat biasanya dilakukan transaksi seks oleh para wanita malam. Sedangkan Rafa teman dekat Kemala yang mengajak Kemala ke pengajian Ustadz Amir, mencari uang untuk bayar administrasi mahar dengan mencuri kalung emas satu-satunya milik ibunya.
Demikian pula dengan Purbani sampai mengelapkan uang perusahaan tempat dia bekerja, demi membayar mahar administrasi untuk dibaiat. Disini memperlihatkan kegelisahan serta pergolakan jiwa para anggota untuk mencari dana dengan berbagai cara.
Ditambah dengan perkataan Ustadz Amir yang didengungkan bahwa bila anggota ada yang ingkar maka akan masuk neraka. Harta dan darah orang kafir adalah halal. Dan menurut mereka yang dilakukan adalah hijrah, karena negara tidak menerapkan Syariat Islam seperti yang diharuskan.
Suasana pembaitan pun digambarkan bagaimana saat anggota pengajian tersebut dibawa ke suatu tempat rahasia dengan menggunakan penutup mata. Sesampainya di lokasi mereka dibaiat seperti orang yang akan menikah dengan mengucapkan ijab kabul dengan tangan digenggam oleh Kamil merupakan anak buah Ustadz Amir.
Setelah mengucapkan ijab sesuai ucapan diperintahkan para anggota pengajian tersebut memiliki rasa percaya diri tinggi. Dengan menganggap diri mereka mulai dari yang lain. Dan tempat rahasia itu juga Kemala nyaris diperkosa oleh anggota laki-laki kelompok pengajian tersebut, namun berhasil melarikan diri.
Lepas dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya demikian nasib dari Kemala. Lepas dari Ustadz Amir ditolong oleh salah seorang istri Kiai Gadil, bernama Fatima, yang tidak lain bagian dari kelompok teroris juga.
Bahkan Kemala diberikan buku-buku pendukung terhadap paham teroris. Serta diperkenalkan dengan granat, bahan peledak seperti jenis TNT dengan berbagai perkiraan radius kerusakannya serta senjata M16 selama berada di kamp pelatihan.
Masa lalu
Novel ini juga menceritakan latar belakang Kemala dan Prakasa Adipurna pada masa kecil yang berbeda. Dimana Kemala lahir dari hasil hubungan gelap antara ibunya bernama Madewi Kurnia dengan atasannya bernama Wisnu. Saat Madewi meninggal karena mengidap kanker otak, Kemala diasuh oleh teman akrab ibunya yang bernama Mirasati seorang penari.
Sedangkan Prakasa lahir dari keluarga yang berada, ayahnya seorang pengacara terkenal dan ibunya bernama Sartika, mantan artis terkenal yang merupakan istri kedua ayahnya.
Sartika yang tewas saat bertengkar hebat dengan ayah Prakasa, Setiawan Adipurna karena mendapatkan bukti istrinya tersebut jalan dengan konglomerat pihak lawannya. Saat menampar Sartika, si istri limbung an dan jatuh menimpa ujung meja dapur keningnya dan akhirnya tewas.
Melihat keadaan itu, Prakasa kecil lari dari rumah dan berkumpul dengan gelandangan. Sampai akhirnya beberapa bulan ditemukan oleh polisi bernama Kolonel Sartoyo dan diserahkan kepada pamannya, Abimanyu Adipurna.
Selanjutnya Abimanyu membawa Prakasa ke Inggris dan menjalani kehidupan di London. Beberapa tahun kemudian baru balik ke Indonesia. Karakter Prakasa sedikit banyak terpengaruh oleh sang Kolonel Sartoyo, karena seminggu sekali menemui Kolonel tersebut, sampai Prakasa memilih jalan hidupnya sebagai polisi.
Novel Demi Allah, Aku Jadi Teroris alur ceritanya terpotong, maka sebagai pembaca kita diajak untuk berpikir untuk menyambungkan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Dimana pada beberapa bagian cerita ada alur cerita ke masa lalu, kemudian ke masa depan.
Kegagalan Kemala saat melakukan aksi bom bunuh diri dengan memasang bom di tubuhnya. Karena lengan tangannya ditembak oleh Prakasa yang saat itu sedang bertugas, sehingga remote kontrol yang dipegang terjatuh. Disampaikan Damien dengan cukup baik, sehingga pembaca mengerti.
Bagaimana sebelumnya, dua orang dokter dan seorang perawat mendatangi kamp dimana Kemala menjalankan pelatihan selama berbulan-bulan. Kemala menjalani operasi memasukan bahan peledak ke tubuhnya yang dilakukan oleh para dokter dan perawat.
Disini juga diceritakan bagaimana laporan intelijen yang valid karena adanya pergerakan akan adanya aksi teror bom di kafe Bistro Americana. Perasaan galau pun menghantui Prakasa, yang diketahui masuk dalam jaringan teroris yang akan melakukan aksi bom bunuh diri. Dengan membunuh perasaan hatinya agar tidak menggunakan emosi dalam bertugas. Hal tersebut disampaikan penulis di halaman 1891. Nafasnya Prakasa terdekat. Pembuktian nyata. Tempat ia berlindung dari perasaannya terhadap Kemala sirna.
Sampai akhirnya, Kemala masuk dalam sebuah rumah tahanan dan mulai banyak didatangi para ustadz untuk memberi nasihat bahwa yang dilakukannya adalah menyimpang dari nilai Islam. Termasuk makna dari jihad yang sesungguhnya adalah melawan hawa nafsu.
Novel ini menarik, karena cerita utamanya diwarnai dengan kisah cinta, perselingkuhan dan kesetiaan. Serta nilai-nilai moral, kemanusiaan dan setia kawan.(*)
Pergolakan Hati Seorang "Pengantin" Mencari Jati Diri
Jumat, 10 Oktober 2014 10:35 WIB