Kota Balikpapan (ANTARA) - Seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) hingga jelang pukul 10.00 Wita siang masih terdampar di perairan pesisir Teritip, lebih kurang 35 km utara pusat Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Para relawan menunggu air pasang tinggi untuk mencoba menariknya kembali ke laut lepas dan mengembalikannya ke jalur perjalanannya.
Sebelumnya sejak Rabu siang, paus itu tampak terapung-apung di perairan yang dalamnya kurang dari dua meter. Sebagian besar badannya ada di dalam air, sebagian lagi, yaitu bagian atas kepala di mana ada lubang napasnya, ada di atas permukaan air. Karena dia tidak bisa bermanuver, para relawan yang datang menolong menyirami bagian atas yang terjemur sinar matahari tersebut, juga menutupnya dengan handuk.
“Pertama kali dilaporkan nelayan kepada kami pada Senin (22/9), sekitar pukul 11 siang,” kata petugas Pengawas Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Heri Seputro, Kamis.(26/9)
Heri kemudian berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Balikpapan, dan bersama-sama kemudian menuju lokasi terdampar yang disebutkan nelayan.
“Saat kami datang, ikan pausnya sudah tidak ada. Kami berkeliling dalam radius beberapa mil, dan tidak menemukan dia,” tutur Heri. Tentu saja, ujarnya, mereka senang sebab yakin pausnya sudah menemukan kembali jalannya ke laut lepas. Apalagi sepanjang hari Selasa 23/9 juga tidak ada laporan apa-apa dan hari pun berlalu.
“Eh, Rabu kemarin 24/9, nelayan melapor lagi ada paus terdampar di lokasi yang sama,” lanjut Heri.
Kali ini petugas bergerak lebih cepat dan benar menemukan mamalia laut berwarna hitam kebiruan yang panjangnya mencapai 25 meter itu terapung-apung dengan kepala menghadap ke darat, tapi tak bisa menggerakkan badannya karena berada di perairan dangkal. Terlihat ekornya bergerak ke atas dan ke bawah pelan, sesekali juga dikibas-kibaskan. Dari lubang napasnya secara teratur air disemburkan.
“Kami senang pausnya masih hidup,” kata Heri lagi.
Petugas pun mencoba mengarahkan paus itu kembali ke laut, namun makhluk itu tidak merespon. Menurut Heri, ukuran paus yang luar biasa juga membuat para relawan dan petugas harus benar-benar berhati-hati.
Ketika para petugas dan relawan bisa mengarahkan kepala paus ke arah laut bebas, ke timur, waktu sudah lepas isya, atau sekitar pukul 19.30 Waktu Indonesia Tengah. Mereka berharap pada pasang naik yang akan terjadi sekitar jelang tengah malam, paus sudah bisa melepaskan diri dan berenang sendiri ke laut lepas seperti pada hari Senin.
“Eh hari ini Kamis, nelayan kembali melapor. Pausnya masih ada,” ujar Heri.
Petugas, para relawan, juga nelayan, pun kembali mendatangi lokasi. Dengan matahari siang yang makin terik, mereka kembali menyirami tubuh paus yang tidak terendam air. Menurut Heri, pausnya juga kelihatan melemah.
“Kali ini kami akan tarik dia ke laut lepas. Pada pasang nanti pukul 22.00,” jelasnya. Pada sore Kamis para relawan memasang strap, tali pipih nylon yang biasa dipakai di bengkel alat berat. Sebuah kapal nelayan dengan kapasitas mesin besar disiapkan.
Menurut Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kaltim, Bambang Hari Trimarsito, paus itu ditarik cukup sampai di mana dia bisa bergerak bebas. Setelah itu petugas akan terus memantau.
“Semoga paus ini tidak sedang mengalami kerusakan di sonarnya, sehingga bisa kembali ke jalurnya,” jelas Bambang.
Paus sperma diketahui memiliki kemampuan ekolokasi atau menentukan arah dengan mengirimkan sinyal suara dan menangkap pantualannya dengan sangat baik. Bila paus yang terdampar ini adalah paus yang juga sebelumnya terdampar pada hari Senin lalu, maka para petugas khawatir kemampuan ekolokasinya sedang terganggu.
Heri juga menjelaskan, perairan pantai Teritip memang memiliki daerah pasang surut yang landai dan panjang. Di bagian tertentu, ketika surut, panjang pantai bertambah hingga setengah kilometer lebih. Pun ketika pasang, kedalaman air tidak lebih dari 150-200 cm.
“Jadi kasihan, dia memang terjebak,” kata Heri lagi.
Dalam 20 tahun terakhir, ini adalah kejadian paus terdampar pertama kali yang diketahui di Balikpapan. Selain paus, juga pernah terdampar penyu, terutama penyu hijau, dan juga lumba-lumba dan pesut. Sebagian dapat ditolong dan kembali bebas di laut, sebagian lagi tak terselamatkan dan kemudian mati.