Samarinda (ANTARA) - Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus berupaya meningkatkan akses pasar ekspor bagi produk-produk perkebunan lokal sebagai upaya untuk memberdayakan petani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kami menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memfasilitasi pertemuan antara petani dengan calon pembeli atau end-user," kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ence A. Rafiddin Rizal pada kegiatan Business Matching Pelaku Usaha Komoditas Perkebunan, di Samarinda, Kamis.
Ia menyampaikan bahwa pemerintah tidak hanya memberikan bantuan bibit secara stimulan, tetapi juga membina petani agar bisa memproses hasil panen mereka.
Kerja sama ini, ujar Ence, menggunakan anggaran APBN berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI dan bertujuan untuk mempertemukan langsung petani maupun pelaku usaha mikro kecil dan koperasi (UMKM) pengolah produk perkebunan dengan calon investor.
"Business matching ini dimaksudkan agar produk perkebunan Kaltim bisa ditingkatkan ke pasar internasional," ungkapnya.
Disbun Kaltim terus aktif mempromosikan produk-produk perkebunan lokal di berbagai ajang dan pameran. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan produk-produk unggulan Kaltim selain kelapa sawit dan karet, seperti kopi, kakao, pisang kepok hingga gula aren kepada masyarakat luas.
“Produk-produk yang dihasilkan oleh petani kita sudah cukup bagus kualitasnya dan memiliki potensi untuk dipasarkan secara global. Tinggal bagaimana kita meningkatkan kemasan dan branding produk agar lebih menarik,” tambah Ence.
Selain itu, Dinas Perkebunan Kaltim juga terus berupaya memperluas areal tanaman perkebunan, terutama untuk komoditas-komoditas yang memiliki potensi pasar yang besar.
“Setiap tahun kita menargetkan perluasan areal tanaman kopi minimal 50-100 hektare. Kita juga mendorong kabupaten/kota untuk mengusulkan kelompok tani yang ingin mengembangkan tanaman kopi,” jelas Ence.
Meskipun demikian, dia mengakui bahwa ada beberapa komoditas perkebunan yang mengalami penurunan produksi, seperti lada. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perubahan minat petani dan persaingan dengan komoditas lain seperti sawit.
Disampaikan Ence bahwa sektor perkebunan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kaltim. Komoditas sawit masih menjadi penyumbang terbesar, namun komoditas-komoditas lain seperti kopi, kakao, dan buah-buahan juga memiliki potensi untuk dikembangkan.
“Ke depan, kita akan terus berupaya meningkatkan produktivitas dan kualitas produk perkebunan Kaltim, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah,” ujarnya.