Paser (ANTARA) - Briket arang berbahan tempurung kelapa asal Desa Pepara Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser mulai diminati di Mancanegara.
“Paser briket masuk sepuluh inovasi terbaik pada lomba produk unggulan desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kaltim, saat ini ada beberapa negara yang berminat membeli Paser Briket tersebut,” kata inovator Paser Briket, Zidan di Tanah Grogot, Jumat (5/7)
Menurut Zidan briket arang miliknya merupakan produk satu-satunya di Kaltim dan produknya itu juga ramah lingkungan dan sudah teruji klinis di laboratorium.
Ia menjelaskan briket yang diproduksi bertekstur padat dan tidak mudah rusak sehingga bisa dipadamkan dan dapat digunakan kembali.
Adapun proses pembuatannya mulai dari pengumpulan dan penyortiran batok kelapa, pembakaran, pemanenan, pengayakan, penggilingan, pemadatan, pencetakan, penjemuran hingga pengemasan.
“Dalam pengolahan briket tersebut diperlukan suhu 250-300 derajat celcius,” kata dia.
Zidan menjelaskan setiap bulan ia mampu memproduksi 1.800 hingga 2.000 kilogram briket untuk memenuhi kebutuhan pasar di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta bahkan hingga ke luar negeri.
Ia mengungkapkan, berkat inovasinya, maka dirinya diundang Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UKM (Disperindagkop UKM) Kaltim untuk mengikuti pelatihan ekspor dan pemasaran ke luar negeri.
Diakuinya, permintaan untuk ekspor berdatangan dari beberapa negara setelah sebelumnya mengirim sampel arang ke beberapa negara seperti Uni Emirat Arab, Turki, Abu Dhabi dan Malaysia.
”Abu Dhabi dan Malaysia merespon cukup positif namun ada kendala untuk memenuhi permintaan mereka,’ kata dia.
Kendala yang dimaksud adalah minimal harus satu kontainer atau 20 ton untuk bisa mengekspor. Sementara untuk jumlah produksi saat ini masih di bawah persyaratan untuk ekspor karena bahan bakunya juga terbatas.
Zidan menuturkan, untuk mengatasi bahan baku tersebut , ia berencana mendatangkan bahan baku dari luar Kaltim.
Lanjutnya, selain terbatasnya bahan baku, ia juga tidak memiliki alat atau oven untuk pemanasan atau menjemur.
“Saat ini hanya mengandalkan panas matahari untuk penjemuran yang memakan waktu dua jam,” katanya.
Oleh karena itu Ia berharap ada bantuan dari pemerintah daerah untuk mengatasi kendala yang dihadapi. Apalagi jika usahanya itu berjalan lancar maka dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.
“Keinginan saya bisa ekspor perdana untuk produk Paser Briket dan bisa bekerjasama dengan badan usaha,” ujar Zidan. (Adv)