Samarinda (ANTARA) - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat telah memiliki 287 bank sampah yang kini aktif tersebar di 10 kabupaten dan kota, sebagai upaya pelestarian lingkungan dengan mengelola limbah organik dan non-organik menjadi barang bernilai.
"Bank sampah ini merupakan salah satu solusi untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir -TPA-, sekaligus memberdayakan masyarakat untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari sampah yang mereka miliki," kata Pejabat Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan (Pedal) Ahli Muda Dinas Lingkungan Hidup Kaltim Andi Sitti Asti Suriaty di Samarinda, Jumat.
Menurutnya, masyarakat dapat memilah sampah di rumah dan menyerahkannya ke bank sampah terdekat, yang kemudian akan ditukarkan dengan uang, tabungan, atau barang sesuai dengan nilai sampah tersebut.
Dia menjelaskan, Adipura sebagai penghargaan di bidang lingkungan yang menjadi pemacu bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk senantiasa menjaga keasrian wilayahnya.
Suriaty mengungkapkan, lima kabupaten dan kota di Kaltim sudah berhasil meraih penghargaan Adipura, yaitu Kota Balikpapan, Kota Bontang, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Paser. Dua di antaranya, yaitu Kota Balikpapan dan Kota Bontang, bahkan sudah meraih penghargaan tingkat ASEAN, yaitu ASEAN Environmentally Sustainable Cities (ESC) Award.
"Kami berharap, pada tahun ini, kota-kota di Kaltim dapat mempertahankan atau meningkatkan prestasi mereka dalam pengelolaan sampah dan lingkungan," katanya.
Pihaknya juga terus memberikan bimbingan dan fasilitasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk menerapkan prinsip 5M, yaitu mengurangi, memilah, memanfaatkan, mendaur ulang, dan menabung sampah.
"Pengelolaan sampah yang baik adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha," kata Suriaty.
Salah satu bank sampah di Kaltim yang aktif dengan inovasi pengelolaan sampah menjadi barang bernilai yakni Remaja Kreatif Peduli Lingkungan (RKPL) Swarga Bara, Kutai Timur. Bank sampah tersebut berhasil mengubah limbah sayuran dari masyarakat menjadi pupuk kompos yang dijual ke masyarakat.
"Selain sampah plastik yang dipilah-pilah, kami juga mengumpulkan limbah sayuran dan sampah organik lain yang diolah menjadi pupuk. Alhamdulillah sudah bisa menghasilkan dari penjualan kompos," kata Ketua RKPL Andhika Yohantoro.