Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sebanyak 200 peserta mengikuti workshop atau lokakarya Tenggarong Kutai Carnival (TKC) 2014 yang dilaksanakan di Pendopo wakil Bupati Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Kegiatan ini merupakan persiapan `show time fashion on the street` Tenggarong Kutai Carnival pada 18 Oktober 2014," ungkap Ketua TKC, Nur Fajri, Senin.
Jumlah peserta workshop tahun ini, kata Nur Fajri, meningkat 100 persen dari kegiatan serupa tahun lalu, yang diikuti 101 orang.
Dari 200 peserta workshop tersebut, 30 orang di antaranya adalah anak-anak usia 7 sampai 12 tahun.
"Hal tersebut menunjukkan bahwa carnival atau karnaval yang diusung TKC mulai dikenal dan dipercaya warga sebagai kegiatan untuk mengembangkan kreativitas yang positif," ujarnya.
Lokakarya yang tahun ini masih menggandeng instrutkur dari Jember Fashion Carnaval (JFC), kata Nur Fajri, akan berlangsung hingga 24 Mei 2014 dengan materi yang disampaikan yaitu Basic Carnival, desain, make up, latihan karakter dan koreografi.
"Jadi uniknya di TKC ini, seorang talent memulai dengan mendesain, membuat kostumnya, ber-make-up, sampai memperagakan kostum buatannya tersebut. Bahkan hingga mendanai kostum yang dibuatnya sementara Disbudpar biasanya hanya memfasilitasi saja. Jadi ini benar-benar kreatif," ungkap Nur fajri.
Adapun tema kostum yang akan ditampilkan pada TKC 2014 yaitu corak Burung Enggang, Mangrove atau pohon bakau serta Purun yang merupakan kerajinan anyaman yang ada di Kutai Kartanegara.
"Tiga tema tersebut akan menjadi dasar pembuatan kostum yang dikreasikan masing-masing oleh 200 peserta workshop tersebut," katanya.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kutai Kartenagara Sri Wahyuni saat membuka acara tersebut, mengapresiasi tiga tema itu, selain menonjolkan kekhasan alam dan kerajinan daerah itu, juga sebagai pesan moral untuk melestarikan alam.
"Burung Enggang sudah langka, hutan mangrove juga berperan besar bagi kelangsungan makhluk hidup di pesisir, jadi harus dijaga agar tidak punah atau rusak, salah satu kampanye pelestarian yakni melalui kostum ini," ungkap Sri Wahyuni.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para orang tua yang mengizinkan anaknya untuk mengikuti workshop TKC tersebut.
"Keikutsertaan anak-anak pada workshop ini merupakan pembelajaran sejak dini tentang mengembangan kreativitas dan budaya lokal, karena tiga tema kostum TKC tersebut berangkat dari budaya dan keraifan lokal yang dimiliki Kutai Kartanegara," katanya.
"Saya berharap, dengan workshop yang dilaksanakan lima bulan sebelum `show time`, sehingga hasilnya bisa lebih baik, yakni lahirnya desain kostum yang unik dan lebih kreatif," ujar Sri Wahyuni.
Sebelum materi workshop dimulai, para instruktur dari JFC terlebih dahulu menampilkan "prototype" atau contoh kostum dengan ide dasar desainnya dari Burung Enggang, Purun dan Mangrove, untuk kemudian menjadi inspirasi peserta workshop dalam membuat kostum carnival mereka masing-masing.
Kegiatan TKC pada 2014 merupakan yang ke tiga kalinya dilaksanakan sejak 2012.
Pada tahun pertama (2012) kostum yang ditampilkan berasal dari tema Hudoq, Tameng dan Kipas, kemudian pada 2013 TKC mengambil tema kostum Belian, Seraong dan Anggrek.
Di usianya yang masih tergolong muda tersebut, TKC sudah mulai menuai prestasi, yaitu sebanyak 35 talent TKC akan mewakili Kaltim pada kegiatan Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia (WACI) pada 23 Agustus 2014 di Jember, Jawa Timur.
Ketua Asosiasi Karnaval Indonesia (AKARI) Dynan Fariz sendiri mengakui, TKC pantas mengikuti WACI karena merupakan bagian dari DPD AKARI Kaltim dan juga aktif secara berturut-turut melaksanakan kegiatannya.
"Jadi, reputasi TKC sudah jelas dan secara kontinyu tiap tahun menggelar kegiatan," ungkap Dynan Fariz.
Selain itu, pada 1 Januari 2014, enam talent TKC berkesempatan menjadi bagian dari wakil Indonesia dalam Tournament of Roses di Pasadena, Los Angeles, California, Amerika Serikat, dan saat itu Indonesia berhasil meraih Director`s Throphy. (*)