Tenggarong, Kaltim (ANTARA) - Festival Topeng Nusantara (FTN) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, yang digelar tiga hari pada 9-11 November di Taman Kota Raja Tenggarong, dilakukan dengan menggandeng Solo International Performing Arts (SIPA) Kota Solo.
"Pemkab Kukar selalu mendukung dan mengapresiasi setiap kegiatan masyarakat, termasuk gelar seni dan budaya karena hal ini selaras dengan visi misi pembangunan Kabupaten Kukar," kata Kepala Dinas Pariwisata Kukar Slamet Hadi Raharjo di Tenggarong, Jumat.
Festival Topeng Nusantara ini mengusung tema "Mystical Mask of Nusantara" yang berkolaborasi dengan SIPA Solo agar pelaksanaannya profesional.
Ia menjelaskan, pelestarian aset budaya dan keragaman seni tradisional merupakan kekayaan tak benda yang nilainya tak terhingga, apalagi keragaman ini juga menjadi identitas dan keunikan setiap bangsa yang harus dijaga kelestariannya.
"Untuk itu, semua patut bangga karena Indonesia memiliki ragam budaya yang tak terhitung jumlahnya. Ini semua merupakan kekayaan yang tak ternilai. Mari bersama kita pelihara agar terus menjadi kebanggaan anak cucu kita kelak," kata Slamet.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran Wisata Dispar Kukar Triyatma mengatakan, festival ini bukan hanya menyajikan tari, tapi ada sejumlah kegiatan yang mewarnai diskusi tentang sejarah tari topeng dan upaya pelestariannya.
"Kemudian pertunjukan seni lain dan workshop tari tradisional. Banyak rangkaian kegiatan yang kami kemas di sini karena dalam festival ini kami melibatkan berbagai elemen masyarakat," kata Triyatma yang juga ketua panitia penyelenggara tersebut.
Ia melanjutkan, melalui festival ini masyarakat dapat menyaksikan berbagai tarian topeng dari nusantara, termasuk dari Kutai. Tari Topeng Kutai merupakan tari yang dilakukan pada acara-acara khusus, sehingga belum popular seperti tari Jepen atau tari Dayak.
Untuk itu, melalui festival ini, maka wawasan masyarakat terhadap seni topeng tradisional semakin kaya, sehingga festival ini selain menghibur juga menumbuhkan rasa tertarik untuk mempelajari dan melestarikan seni budaya topeng tradisional Kalimantan, khususnya Kutai dan Dayak.
"Dalam festival ini kami juga menggandeng pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal, karena bukan hanya ingin sukses penyelenggaraan, tapi kami juga sukses pemberdayaan ekonomi masyarakat," katanya.